Pesantren Tahfidz Nurul-Qur'an Malang
KEUTAMAAN BELAJAR DAN MENGAJARKAN AL-QURAN
KEUTAMAAN BELAJAR DAN MENGAJARKAN AL-QURAN
¨bÎ) tûïÏ%©!$# cqè=÷Gt |=»tGÏ. «!$# (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qà)xÿRr&ur $£JÏB öNßg»uZø%yu #uÅ ZpuÏRxtãur cqã_öt Zot»pgÏB `©9 uqç7s? ÇËÒÈ óOßguÏjùuqãÏ9 öNèduqã_é& NèdyÌtur `ÏiB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 4 ¼çm¯RÎ) Öqàÿxî Öqà6x© ÇÌÉÈ
29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca
Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang
kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka
itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
30. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka
pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri[1259].
[1259] ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada
permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam
raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara ahli-ahli tafsir ada yang
menyerahkan pengertiannya kepada Allah Karena dipandang termasuk ayat-ayat
mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya
ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa
huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para Pendengar supaya
memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu
diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad.
kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan Hanya
buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran
itu.
Dalam kitab Shahihnya, Imam
Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari
Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari
Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .
“Sebaik-baik
kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”
Masih dalam hadits riwayat
Al-Bukhari dari Utsman bin Affan, tetapi dalam redaksi yang agak berbeda,
disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ
وَعَلَّمَهُ .
“Sesungguhnya
orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan
mengajarkannya.”
Dalam dua hadits di atas,
terdapat dua amalan yang dapat membuat seorang muslim menjadi yang terbaik di
antara saudara-saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan
mengajarkan Al-Qur`an. Tentu, baik belajar ataupun mengajar yang dapat
membuat seseorang menjadi yang terbaik di sini, tidak bisa lepas dari keutamaan
Al-Qur`an itu sendiri. Al-Qur`an adalah kalam Allah, firman-firman-Nya
yang diturunkan kepada Nabi-Nya melalui perantara Malaikat Jibril Alaihissalam.
Al-Qur`an adalah sumber pertama dan acuan utama dalam ajaran Islam.
Karena keutamaan yang tinggi inilah, yang membuat Abu Abdirrahman As-Sulami
–salah seorang yang meriwayatkan hadits ini– rela belajar dan mengajarkan
Al-Qur`an sejak zaman Utsman bin Affan hingga masa Al-Hajjaj bin Yusuf
Ats-Tsaqafi.
Hadis ini menunjukkan akan
keutamaan membaca Alquran. Suatu ketika Sufyan Tsauri ditanya, manakah yang
engkau cintai orang yang berperang atau yang membaca Alquran? Ia berkata,
membaca Alquran, karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik
kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain”.
Imam Abu Abdurrahman As-Sulami tetap mengajarkan Alquran selama empat puluh
tahun di masjid agung Kufah disebabkan karena ia telah mendengar hadis ini.
Setiap kali ia meriwayatkan hadis ini, selalu berkata: “Inilah yang mendudukkan
aku di kursi ini”.
Al Hafiz Ibnu Katsir dalam
kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata: [Maksud dari sabda Rasulullah
Shalallahu 'alaihi wasallam "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar
Alquran dan mengajarkan kepada orang lain" adalah, bahwa ini sifat-sifat
orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah
menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan
gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada
orang lain.
DariAbdullah bin Masud ra.,
ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: Bacakan Alquran kepadaku. Aku
bertanya: Wahai Rasulullah, aku harus membacakan Alquran kepada baginda,
sedangkan kepada bagindalah Alquran diturunkan? Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan dari orang selainku. Kemudian aku
membaca surat An-Nisa'. Ketika sampai pada ayat yang berbunyi: {Maka
bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi
(rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai
saksi atas mereka itu (umatmu).} Aku angkat kepalaku atau secara mendadak ada
seseorang berada di sampingku. Dan ketika aku angkat kepalaku, aku melihat
beliau mencucurkan air mata. Sahih Muslim No: 1332
Imam Nawawi berkata [Ada
beberapa hal yang dapat dipetik dari hadis ini, di antaranya: sunat hukumnya
mendengarkan bacaan Alquran, merenungi, dan menangis ketika mendengarnya, dan
sunat hukumnya seseorang meminta kepada orang lain untuk membaca Al Quran agar
dia mendengarkannya, dan cara ini lebih mantap untuk memahami dan mentadabburi
Al Quran, dibandingkan dengan membaca sendiri].
“Orang yang membaca Al-Qur’an
sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Surga
bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang
membaca Al-Qur’an, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak
agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat
Bukhari & Muslim)
“Perumpamaan orang mukmin
yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan
rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah
kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang
munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang
rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an
adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (Riwayat
Bukhari & Muslim)
“Sesunggunya Allah swt
mengangkat derajat beberapa golongan manusia dengan kalam ini dan merendahkan
derajat golongan lainnya.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Bacalah Al-Qur’an karena dia
akan datang pada hari Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya.” (Riwayat
Muslim)
“Tidak bisa iri hati, kecuali
kepada dua seperti orang: yaitu orang lelaki yang diberi Allah swt pengetahuan
tentang Al-Qur’an dan diamalkannya sepanjang malam dan siang;
dan orang lelaki yang dianugerahi Allah swt
harta, kemudian dia menafkahkannya sepanjang malam dan siang.” (Riwayat Bukhari
& Muslim)
Rasulullah saw bersabda,
Allah berfirman: “Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji Al-Qur’an dan menyebut
nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-KU, maka Aku berikan kepadanya
sebaik-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan
keutamaan kalam Allah atas perkataan lainnya adalah seperti, keutamaan Allah
atas makhluk-Nya. (Riwayat Tirmidzi)
“Sesungguhnya orang yang
tidak terdapat dalam rongga badannya sesuatu dari Al-Qur’an adalah seperti
rumah yang roboh.” (Riwayat Tirmidzi)
“Dikatakan kepada pembaca
Al-Qur’an, bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil seperti engkau
membacanya di dunia karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau
baca.” (Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’I)
“Barangsiapa membaca
Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di
hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di
rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang
mengamalkan ini.” (Riwayat Abu Dawud)
Abdul Humaidi Al-Hamani,
berkata: “Aku bertanya kepada Sufyan Ath-Thauri, manakah yang lebih engkau
sukai, orang yang berperang atau orang yang membaca Al-Qur’an?” Sufyan
menjawab: “Membaca Al-Qur’an. Karena Nabi saw bersabda. ‘Orang yang terbaik di
antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Maksud dari belajar Al-Qur`an
di sini, yaitu mempelajari cara membaca Al-Qur`an. Bukan mempelajari tafsir
Al-Qur`an, asbabun nuzulnya, nasikh mansukhnya, balaghahnya, atau ilmu-ilmu
lain dalam ulumul Qur`an. Meskipun ilmu-ilmu Al-Qur`an ini juga penting
dipelajari, namun hadits ini menyebutkan bahwa mempelajari Al-Qur`an adalah
lebih utama. Mempelajari Al-Qur`an adalah belajar membaca Al-Qur`an dengan
disertai hukum tajwidnya, agar dapat membaca Al-Qur`an secara tartil dan benar
seperti ketika Al-Qur`an diturunkan. Karena Allah dan Rasul-Nya sangat menyukai
seorang muslim yang pandai membaca Al-Qur`an. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda,
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ
الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ
وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ . (متفق عليه)
“Orang
yang pandai membaca Al-Qur`an, dia bersama para malaikat yang mulia dan patuh.
Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`an dengan terbata-bata dan berat
melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala.” (Muttafaq Alaih)
Dan dalam Al-Qur`an disebutkan
perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk membaca Al-Qur`an dengan tartil,
ورتل القرءان ترتيلا . (المزمل : (4)
“Dan
bacalah Al-Qur`an dengan setartil-tartilnya.” (Al-Muzzammil: 4)
Adapun maksud dari mengajarkan
Al-Qur`an, yaitu mengajari orang lain cara membaca Al-Qur`an yang benar
berdasarkan hukum tajwid. Sekiranya mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau
menyampaikan sebagian ilmu yang dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan
mulia dan mendapatkan pahala dari Allah, tentu mengajarkan Al-Qur`an lebih
utama. Bahkan ketika Sufyan Ats-Tsauri ditanya, mana yang lebih utama antara
berjihad di jalan Allah dan mengajarkan Al-Qur`an, dia mengatakan bahwa
mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Ats-Tsauri mendasarkan pendapatnya pada
hadits ini.
Namun demikian, meskipun
orang yang belajar Al-Qur`an adalah sebaik-baik orang muslim dan mengajarkan
Al-Qur`an kepada orang lain juga sebaik-baik orang muslim, tentu akan lebih
baik dan utama lagi jika orang tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya,
orang tersebut belajar cara membaca Al-Qur`an sekaligus mengajarkan kepada
orang lain apa yang telah dipelajarinya. Dan, dari hadits ini juga dapat
dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur`an harus mengalami fase belajar
terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar membaca Al-Qur`an sebelumnya.
Sebab, orang yang belum pernah belajar membaca Al-Qur`an, tetapi dia berani
mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain, maka apa yang diajarkannya akan banyak
kesalahannya. Karena dia mengajarkan sesuatu yang tidak dia kuasai ilmunya
Menuntut
ilmu agama merupakan bagian dari ibadah, dimana setiap muslim diperintahkan
untuk mempelajarinya, masing-masing sesuai kemampuan yang Allah berikan
padanya.
Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ
على كل مُسْلِمٍ
“Menuntut
ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”
(Hadits
sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya: Anas bin Malik,
Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu
Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913)
Disamping
hukum wajibnya menuntut ilmu syar’i, Allah Ta’ala dan Rasul-Nya banyak sekali
menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu, yang seharusnya sebagai seorang
muslim, menjadikan dalil-dalil tersebut sebagai penyemangat lalu berusaha
mengisi waktu-waktunya dengan mempelajari kitabullah dan hadits-hadits
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Sebab hal itu akan menjadi pedoman hidup
seorang hamba yang mengharapkan hidayah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إني قد تركت فيكم شيئين لن
تضلوا بعدهما كتاب الله وسنتي
“Sesungguhnya
aku telah tinggalkan untuk kalian dua pedoman yang kalian tidak akan tersesat
setelahnya: kitabullah dan sunnahku”
(HR.Al-Hakim
dalam Al-Mustadrak (1/172), dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu. Disahihkan
Al-Albani dalam Shaih Al-jami’: 2937)
Berikut
ini kami menyebutkan beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an
dan As-Sunnah :
. 1). Ilmu adalah cahaya
Allah
Ta’ala berfirman:
@÷dr'¯»t É=»tGÅ6ø9$# ôs% öNà2uä!$y_ $oYä9qßu ÚúÎiüt7ã öNä3s9 #ZÏW2 $£JÏiB öNçFYà2 cqàÿøéB z`ÏB É=»tGÅ6ø9$# (#qàÿ÷ètur Ætã 9ÏV2 4 ôs% Nà2uä!%y` ÆÏiB «!$# ÖqçR Ò=»tGÅ2ur ÑúüÎ7B ÇÊÎÈ Ïôgt ÏmÎ/ ª!$# ÇÆtB yìt7©?$# ¼çmtRºuqôÊÍ @ç7ß ÉO»n=¡¡9$# Nßgã_Ì÷ãur z`ÏiB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# ¾ÏmÏRøÎ*Î/ óOÎgÏôgtur 4n<Î) :ÞºuÅÀ 5OÉ)tGó¡B ÇÊÏÈ
15. Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang
kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu
sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya Telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan[408].
16.
Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
[408]
cahaya Maksudnya: nabi Muhammad s.a.w. dan Kitab Maksudnya: Al Quran.
Kedua
ayat ini menunjukkan tentang keutamaan ilmu, yang disifatkan sebagai cahaya
yang membimbing siapa saja yang mengikuti keridhaan-Nya menuju jalan-jalan
keselamatan, berupa jalan yang menyelamatkan seorang hamba dari penyimpangan
dan kesesatan, dan mengantarkan seorang hamba menuju keselamatan dunia dan
akhirat, mengeluarkan mereka dari kegelapan, kegelapan syirik, bid’ah, kemaksiatan
dan kejahilan, menuju kepada cahaya tauhid, ilmu, hidayah, ketaatan dan seluruh
kebaikan.
Oleh
karenanya, jika seseorang lebih condong mengikuti hawa nafsunya, gemar
melakukan kemaksiatan, yang menyebabkan hatinya menjadi gelap, maka ilmu akan sulit
menempati hati yang gelap tersebut, sulit menghafal ayat- ayat Allah dan
men-tadabburi-nya, sulit menghafal hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam, memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupannya, sebab tidak akan
mungkin berkumpul dalam satu hati antara kegelapan maksiat dengan cahaya ilmu.
Diantara bait-bait syair yang masyhur dari Imam Syafi’i tatkala Beliau
mengadukan tentang buruknya hafalan Beliau kepada Imam Waki’ bin Jarrah, Beliau
mengatakan:
شَكَوْتُ إِلَى وَكِيْعٍ
سُوْءَ حِفْظِيْ
فَأَرْشَدَنِي إِلَى تَرْكِ المَعَاصِي
وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ
العِلْمَ نُوْرٌ
وَنُوْرُ اللهِ لَا يُؤْتَى لِعَاصِي
Aku
mengadukan kepada Waki’ keburukan hafalanku
Lalu
Beliau membimbing aku untuk meninggalkan maksiat
Beliau
mengabarkan kepadaku bahwa ilmu itu adalah cahaya
Dan
cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat
.2).
Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika
seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu
menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan
membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya
menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah
dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda:
من يُرِدْ الله بِهِ خَيْرًا
يُفَقِّهْهُ في الدِّينِ
“Siapa
yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan
tentang agamnya.”
(Muttafaq
Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)
Dan Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عز وجل خَلَقَ
خَلْقَهُ في ظُلْمَةٍ فَأَلْقَى عليهم من نُورِهِ فَمَنْ أَصَابَهُ من ذلك
النُّورِ اهْتَدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ
“Sesungguhnya
Allah Azza Wajalla menciptaan makhluk-Nya dalam kegelapan, Lalu Allah
memberikan kepada mereka dari cahaya-Nya, maka siapa yang mendapatkan cahaya
tersebut, maka dia mendapatkan hidayah, dan siapa yang tidak mendapatkannya
maka dia tersesat.”
(HR.
Ahmad (2/176), Tirmidzi,no:2642, Ibnu Hibban (6169),Al-Hakim dalam mustadrak
(1/84), dari hadits Abdullah bin Amr bin Ash. Disahihkan Al-Albani dalam
Ash-Shahihah (3/1076)
Bagi
seorang muslim yang yakin dengan nasehat-nasehat Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam, tentu saja sangat berkeinginan untuk andil dalam mendapatkan kebaikan
yang dijanjikan Allah Ta’ala bagi para penuntut ilmu syar’i tersebut.
Berkata
Al-Hafizh Ibnu Hajar tatkala menjelaskan hadits Muawiyah yang telah disebutkan
diatas:
لأن من لم يعرف أمور دينه لا
يكون فقيها ولا طالب فقه فيصح أن يوصف بأنه ما أريد به الخير وفي ذلك بيان ظاهر
لفضل العلماء على سائر الناس ولفضل التفقه في الدين على سائر العلوم
“Sebab
orang yang tidak memahami perkara agamanya, dia bukanlah seorang yang faqih dan
bukan pula seorang yang menuntut ilmu, sehingga tepat jika ia disifati sebagai
orang yang tidak dikehendaki kebaikan untuknya. Ini merupakan penjelasan yang
terang yang menunjukkan keutamaan para ulama dibanding seluruh manusia, dan
menunjukkan keutamaan mendalami agama dibanding ilmu- ilmu lainnya.”
(Fathul
bari,Ibnu Hajar Al-Asqalani: 1/165)
Saudaraku
muslim! Jadilah orang- orang terbaik yang dimuliakan Allah Azza Wajalla,
dengan berusaha mempelajari agama Allah dan mengajarkannya. Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
خَيْرُكُمْ من تَعَلَّمَ
الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-
baik kalian adalah yang mempelajari al-qur’an dan mengajarkannya.”
(HR.Bukhari
(4739), dari Utsman Bin Affan Radhiallahu Anhu)
.3).
Ilmu agama menyelamatkan dari laknat Allah Azza Wajalla
Disebutkan
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu
Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا
مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ ما فيها إلا ذِكْرُ اللَّهِ وما وَالَاهُ وَعَالِمٌ أو
مُتَعَلِّمٌ
“Sesungguhnya
dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali zikir kepada Allah dan
amalan- amalan ketaatan, demikian pula seorang yang alim atau yang belajar.”
(HR.Tirmidzi
(2322), Ibnu Majah (4112),
Berkata
Al-Munawi dalam menjelaskan hadits ini: “dunia terlaknat, disebabkan karena ia
memperdaya jiwa-jiwa manusia dengan keindahan dan kenikmatannya, yang
memalingkannya dari beribadah kepada Allah lalu mengikuti hawa nafsunya.”
(Tuhfatul
ahwadzi:6/504)
فكل عمل يعمله العبد ولا
يكون طاعة لله وعبادة وعملا صالحا فهو باطل فإن الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا
ما كان لله وإن نال بذلك العمل رئاسة ومالا فغاية المترئس أن يكون كفرعون وغاية
المتمول أن يكون كقارون
Berkata
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah: “Setiap amalan yang dilakukan
seorang hamba yang tidak berbentuk ketaatan, ibadah dan amalan saleh maka
amalan tersebut merupakan amalan yang batil, sebab dunia ini terlaknat dan
terlaknat segala isinya kecuali sesuatu yang dilakukan karena Allah, meskipun amalan
batil itu menyebabkan seorang meraih kepemimpinan dan harta, maka seorang
pemimpin bisa menjadi Firaun, dan seorang yang gila harta bisa menjadi Qarun.”
(Majmu’ fatawa:8/76)
Maka
dengan menuntut ilmu dan mengajarkannya, akan menjadikan seorang hamba yang
masuk kedalam kelompok yang akan meraih ridha-Nya, dan selamat dari kemurkaan
dan siksa-Nya.
.4).
Menuntut Ilmu, jalan menuju surga
Disebutkan
dalam sahih Muslim, dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu anha, bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا
يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa
yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya
jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)
Hadits
ini menerangkan bahwa seorang yang keluar untuk menuntut ilmu, akan menjadi
sebab masuknya seorang hamba ke dalam surga. Mengapa demikian? Ya, tatkala
seorang muslim mempelajari agamanya dengan penuh keikhlasan, maka dia akan
dimudahkan untuk memahami mana yang baik dan mana yang buruk, antara yang halal
dan yang haram, yang haq dan yang batil, lalu dia berusaha mengamalkan apa yang
telah ia ketahui dari ilmu tersebut, sehingga ia menggabungkan antara ilmu dan
amal dengan keikhlasan dan mengikuti bimbingan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
, maka dia menjadi seorang hamba yang diridhai-Nya, dan tiada balasan dari
Allah Ta’ala bagi hamba yang diridhai-Nya melainkan surga.
Banyak
kaum muslimin yang beranggapan bahwa menuntut ilmu agama itu hanya tugas para
santri yang duduk di pondok-pondok pesantren. Tentu ini merupakan persepsi yang
salah, sebab setiap muslim telah diwajibkan untuk mempelajarinya, sebagaimana
yang telah kita sebutkan dari hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Hadits
ini menjelaskan bahwa balasan yang Allah berikan kepada hambanya setimpal
dengan usaha yang telah dia lakukan, sebagaimana dia menempuh jalan untuk
mencari kehidupan hatinya dan keselamatan dirinya dari kebinasaan, maka Allah
menjadikannya menempuh jalan yang ingin diraihnya tersebut.
(lihat:
Miftahu Daris sa’aadah,Ibnul Qayyim: 71)
.5).
Ilmu lebih utama dari ibadah
Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
فضل العلم أحب إلي من فضل
العبادة و خير دينكم الورع
“Keutamaan
ilmu lebih aku sukai dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah
bersikap wara’[1].”
(HR.Al-Hakim,
Al-Bazzar, At-Thayalisi, dari Hudzaifah bin Yaman Radhiallahu Anhu. Disahihkan
Al-Albani dalam sahih al-jami’:4214)
Dalam
riwayat lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ
على الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ على سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya
keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan
dimalam purnama dibanding seluruh bintang- bintang.”
(HR.Abu
Dawud (3641), Ibnu Majah (223), dari hadits Abu Darda’ Radhiallahu Anhu)
Yang
dimaksud hadits ini bahwa memiliki ilmu dengan cara menuntutnya, atau
mengajarkannya, merupakan amalan ibadah yang lebih utama dibanding amalan
ibadah lainnya, seperti shalat sunnah, berpuasa sunnah, dan yang lainnya. Bukan
yang dimaksud hadits ini bahwa ilmu bukan bagian dari ibadah, namun maksudnya
bahwa ilmu merupakan bagian ibadah yang paling mulia, bahkan bagian dari jihad
fi sabilillah. Berkata Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah:
“Aku
tidak mengetahui ada satu ibadah yang lebih utama dari engkau mengajarkan ilmu
kepada manusia.” (Jami’ bayanil ilmi, Ibnu Abdil Bar: 227)
Beliau
juga berkata:
“Tiada
satu amalan yang lebih utama dari menuntut ilmu jika niatnya benar.”
(Jami’u
bayanil ilmi:119)
Berkata
Abu Darda’ Rahimahullah:
“Barangsiapa
yang menyangka bahwa berangkat menuntut ilmu bukan amalan jihad, maka sungguh
ia telah kurang pandangan dan akalnya.” (Miftahu daris sa’adah:1/122)
Masih
banyak lagi keutamaan ilmu yang dijelaskan di dalam Al-qur’an dan Sunnah, namun
semoga yang sedikit ini menjadi pemicu semangat kita untuk berusaha menggali
warisan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang penuh berkah ini.
[1] Wara’ adalah meninggalkan sesuatu yang
dikhawatirkan memudaratkan kehidupan akhiratnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar