Senin, 15 Desember 2014

PEDOMAN BAGI PARA MUTAHAFFIDZI AL-QUR’AN


PEDOMAN BAGI PARA

 MUTAHAFFIDZI AL-QUR’AN



Mari memakai Mushaf Rosm Utsmaniy 

Ummat Islam Indonesia sudah terbiasa memakai atau membaca mushaf standard Indonesia . tapi kesulitan bila membaca mushaf Rosm Utsmaniy terbitan Berut atau Madinah Mushaf Standard Internasional 

Alhamdulillah sekarang sudah ada Metoda AlBayan Lil Muslimin yang memakai tulisan atau Rosm Utsmaniy

Resep Baru Belajar Al-Qur'an Untuk I'Daad { Permula }

dengan tingkatan

1. I'daad
2. juz 1
3 juz 2
4. juz 3
5. juz 4-5 {Ghorib - Tajwid }




Edisi Praktis 1 buku Lengkap (condensd version) Buku Metode Albayan Lilmuslimin
Dengan 2 Bahasa Indonesia dan English 

Standart Internasional

Pesantren Tahfidz Nurul-Qur'an

PEDOMAN BAGI PARA MUTAHAFFIDZI AL-QUR’AN

PEDOMAN BAGI PARA MUTAHAFFIDZI AL-QUR’AN
I. SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SEBAGAI MUTAHAFFIDZI AL-QUR’AN
a) Harus mempunyai kemauan,minat yang penuh untuk menghafal Al-Qur’an.
b) Sanggup memenuhi peraturan-peraturan pondok \rumah tahfidh dan tidak berpindah tempat sebelum selesai dan tamat menghafal Al-Qur’an.
c) Mempunyai bekal cukup selama menghafal Al-Qur’an kecuali bagi santri yang telah di izinkan oleh pengasuh.
d) Berbadan sehat yang tidak mengganggu jalannya menghafal Al-Qur’an
e) Di serahkan dan mendapat restu dari orang tua atau wali yang berhak.

II. METODE ATAU CARA MENGHAFALKAN AL-QUR’AN
1. BELAJAR DENGAN TAHQIQ
Bagi santri yang berminat menghafal Al-qur’an harus belajar membaca Al-Qur’an Bilgho’ib dengan Tahqiq dan Surat Al-Fatihah, At-Tahiyyat, Surat An-Naas, sampai selesai 1 juz(juz 30).
2. BELAJAR DENGAN BINNADZOR DAN TARTIL
a) Bagi santri yang kurang lancar membaca Al-Qur’an, harus belajar membaca Al-Qur’an Binnadzor dengan tartil dari juz 1 s/d juz 30.
b) Setelah lancar Binnadzor, menghafal surat-surat penting ya’itu Surat Al-Kahfi, As-Sajdah, Al-Munafiqun, Al-Mulk, Ar-rohman, Al-dukhon, Alwaqi’ah, Yasin, Ad-dahr.
c) Bagi santri yang sudah lancar membaca juz ‘Amma Bilgho’ib dengan Tahqiq diperbolehkan menghafal Al-Qur’an di mulai dari juz 1 sampai khatam juz 30.

3. BELAJAR AL-QUR’AN DENGAN TAHFIDZ
a) Para Mutahaffidz harus menghafal Al-Qur’an 1 ayat demi 1 ayat
b) Setelah hafal 2 ayat maka di rangkaikan dengan ayat ke-1 shohifah (halaman), maka di ulang-ulang sampai lancar.
c) Sehari di batasi 1 shohifah,2shohifah ,atau 3 shohifah menurut batas kemampuan para Mutahaffidzi masing-masing.
d) Hari berikutnya Mutahaffidz harus menyetorkan atau mengulangi pelajaran atau hafalan yang terdahulu di hadapan pengasuh, mulai dari shohifah 1, shohifah 2, sampai 1 juz ,menurut banyak sedikitnya hafalan yang di peroleh.
e) Setelah mengulangi hasil hafalannya, kemudian menghafal pelajaran atau hafalan-hafalan yang terdahulu di hadapan pengasuh,
f) Setelah mengulangi hasil hafalannya ,kemudian menghafalkan pelajaran atau hafalannya yang terakhir yang di sebut dengan istilah”LOH” dan tidak boleh menambah LOH, sebelum LOH yang terakhir di baca dengan lancar.
g) Apabila sudah hafal dengan lancar,maka boleh di tambah oleh pengasuh 1 shohifah, 2 shohifah sampai 3 shohifah,menurut kemampuan masing-masing Mutahaffidz. Demikian seterusnya

III. CARA PEMELIHARA’AN HAFALAN AL-QUR’AN
1. Setiap ba’da subuh para Mutahaffidz harus menderes dan mengulang-ulang hafalan dan LOH yang akan di baca di hadapan pengasuh.
2. Setiap ba’da maghrib para Mutahaffidz harus Mudarosah bersama temannya yang setaraf 2 orang, dengan bacaan ayat-perayat, shohifah pershohifah, perempatan dan demikian seterusnya.
3. Setiap hari jum’at para Mutahaffidz harus mengikuti Mudarosah bersama-sama dalam 1 majelis yang di asuh oleh pengasuh dan di selingi dengan keterangan-keterangan tentang ilmu Qiro’atul Qur’an.
4. Setiap sebulan sekali di adakan khotaman Al-Qur’an yang di baca dengan Tartil secara bergantian, tiap orang 1 shohifah.
5. Setiap 6 bulan sekali[rojab dan shofar] di adakan Muroja’ah/ulangan,setiap Mutahaffidzi harus dapat membaca atau mengulangi hasil hafalan keseluruhannya mulai dari permula’an sampai habis LOH nya.
6. Setiap bulan ramadhan Mutahaffidz di haruskan:
a. Menetap di pondok sampai tanggal 21 ramadhan,yakni setelah selesai mengikuti peringatan Nuzulul Qur’an.
b. Mengikuti sholat Tarawih secara berkelompok,dengan membaca alqur’an Bilgho’ib dalam sholat tersebut sampai khotam 30 juz setiap malam satu setengah juz.
c. Mengikuti Mudarosah atau Tadarus Al-Qur’an sampai 30 juz dengan Tartil secara bergantian yang di asuh oleh pengasuh ba’da sholat tarowih.
d. Menyetorkan dan menambah hafalannya sebagaimana bulan-bulan biasa.

IV. PELAJARAN LAIN PARA MUTAHAFFIDZ AL-QUR’AN.
1. Setiap para Mutahaffidz Al-Qur’an harus mengikuti pelajaran-pelajaran yang di selenggarakan di pondok menurut tingkatannya masing-masing.
2. Para Mutahaffidz di perbolehkan mengikuti pelajaran di luarpondok, selama tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan dalam pondok.
V. TANDA TAMAT MENGHAFAL AL-QUR’AN
1. Mutahaffidz Al-Qur’an di anggap telah tamat belajar menghafal Al-Qur’an, Apabila telah mampu membaca Al-Qur’an Bilgho’ib secara keseluruhan 30 juz,sendiri dalam 1 hari.
2. Para Mutahaffidz di anggap tamat menghafal Al-Qur’an bila menerima Syahadah/ijazah yang di tanda tangani oleh pengasuh.

Rabu, 01 Oktober 2014

DENGAN ‘IDUL ADHA KITA WUJUDKAN SOLIDARITAS SOSIAL


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر ×9 لا إله إلا الله، والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ  وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ 
Hadirin Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah,
 Alhamdulillah pagi ini kita dapat berkumpul menikmati indahnya matahari, sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir mengagungkan Ilahi Rabbi dirangkai dengan dua raka’at Idul Adha sebagai upaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci.Dalam kesempatan ini kami berwasiyat kpd diri kami pribadi dan kpd hadirin jamaah semuanya  Marilah kita bersama-sama meningkatkan taqwa kita kepada Allah swt dengan sepenuh hati. Kita niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti yang tercermin dalam keta’atan dan ketabahan Nabiyullah Ibrahim as menjalani cobaan dari Allah Yang maha Agung dan Maha Tinggi.Alloh Akbar 3x Walillahil hamd
 Setiap orang yang beriman senantiasa mendambakan rahmat, maghfirah, dan ridha Allah SWT. Seluruh aktivitasnya – duniawiyah dan ukhrawiyah – ia maksudkan untuk memperoleh rahmat dan ridha Allah SWT.Bagi orang beriman tidak ada perbedaan antara aktivitas duniawiyah dan aktivitas ukhrawiyah. Sebab, keduanya dilakukan dengan niat untuk mencari ridha Allah. Ridha artinya senang. Kedua aktivitas itu dilakukan sesuai dengan tuntunan dan petunjuk Allah. Bila kedua aktivitas tersebut sudah diridhai Allah maka tentu rahmat dan maghfirah-Nya pun akan dicurahkan Allah kepadanya. Demi memperoleh rahmat, maghfirah, dan ridha Allah, seorang yang beriman akan melakukan apa saja yang mungkin ia lakukan dan memberikan apa saja yang mungkin ia berikan; dan mengorbankan apa saja yang mungkin ia korbankan. Alloh Akbar 3x Walillahil hamd
Kesadaran dan keinsyafan untuk berkurban karena Allah inilah yang merupakan makna hakiki dari “Id al-Adha. Makna ini akan dirasakan kemanfaatannya apabila diwujudkan ke dalam kehidupan realitas kita  
II. Makna Hakiki Idul Adha
Secara harfiah ‘Id al-Adha artinya adalah Hari Raya Kurban. Dinamai demikian karena dimaksudkan untuk mengingat pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. dan keluarganya untuk dicontoh, diteladani, dan diwujudkan nilai-nilainya oleh orang-orang yang beriman.
Dalam kesederhanaan, nilai (ajaran) kurban ini tergambar di dalam penyembelihan hewan kurban itu sendiri; (1) niatnya karena Allah , (2) yang sampai kepada Allah bukan darah atau daging kurban tetapi keimanan dan ketakwaan orang berkurban,(3) daging kurban itu sendiri didistribusikan secara adil dan merata terutama kepada mereka yang benar-benar membutuhkan sebagai kepedulian kepada lingkungan dan upaya meningkatkan kebersamaan solidaritas sosial, (4) pendistribusian secara adil dan merata, dilakukan sebagai pengamalan perintah syukur atas nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah.(5) dan pahala pertama, untuk orang yang berkurban itu sendiri dan kedua, untuk semua pihak yang mendukung dan menciptakan suasana yang kondusif hingga terselenggaranya aktivitas pengorbanan karena Allah.Demikian juga bagi mereka yang sedang melaksanakan haji, jika mereka diwajibkan menyembelih (unta, kambing, biri-biri, dan sapi), hendaklah disembelih di tanah haram dan dagingnya di hadiahkan kepada fakir miskin dalam rangka ibadah haji.
Allahu Akbar 3x Walillah al-Hamd
Hadirin, kaum Muslimin jamaah Id al-Adha yang berbahagia !
Dengan demikian ada lima ciri yang terdapat di dalam aktivitas pengorbanan karena Allah. Kelima cirri tersebut berkaitan dengan (1) niatnya, (2) orientasinya, (3) kemanfaatannya, (4) caranya dan (5) tujuannya.
1. Niat Berqurban untuk Idul Adha
Aktivitas pengorbanan yang disyari’atkan oleh Islam adalah aktivitas pengorbanan yang diniatkan karena Allah. Dalam konteks ini, al-Ghazali mengemukakan dalam Ihya bahwa seseorang tidak sampai kepada Allah (tidak akan dapat mencapai posisi kurban atau dekat dengan Allah; amal ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah) kecuali apabila orang itu :
a. Sanggup membebaskan diri dari pengaruh hawa nafsu.
b. Mampu mengendalikan diri sehingga ia tidak terjerumus ke dalam dan perilaku hidup hedonistic (matrealistis)
c. Di dalam ia melakukan sesuatu perbuatan, ia hanya melakukan perbuatan yang benar-benar perlu dan diperlukan; ia bertindak efisien, disiplin, istiqamah, dan selalu peduli terhadap lingkungan dalam rangka memupuk kesadaran dan solidaritas.
d. Seluruh aktivitasnya, gerak maupun diamnya , seluruhnya ia niatkan karena Allah.
Esensi niat karena Allah adalah memurnikan ketaatan dan kepatuhan hanya kepada Allah sebagai wujud dari keimanan dan kesadaran selaku makhluk hamba Allah, dan khalifah Allah di muka bumi. Allah berfirman:
وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء… (البينة\98 :5)
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus… .
Niat karena Allah mempunyai fungsi antara lain: (1) menumbuhkan kesadaran tentang keberadaan (existensi) Allah , (2) menginsyafkan bahwa ketaatan, kepatuhan, kepasrahan, dan ketundukan hanya pantas diberikan kepada Allah, (3) menanamkan kesadaran bahwa Allah tidak membeda-bedakan manusia, tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, majikan atau buruh, pejabat atau bukan, semuanya dituntut untuk mentaati hukum; yaitu mengedepankan supremasi hukum; untuk melaksanakan kewajiban, ketentuan, dan peraturan, seluruh manusia sama di hadapan Allah; iman dan takwalah yang membuat seseorang dekat dan mulia di sisi Allah. (4) menjadikan Allah sebagai motivasi dan tujuan hidup dan (5) menghilangkan semua penyakit hati, seperti Syirik, kufur, munafik, takabbur, riya, ‘ujub,, dan lain sebagainya.
Orang yang memiliki niat yang mempunyai keimanan dan kesadaran seperti ini, akan dapat melakukan apa saja yang diperintahkan Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as, dan keluarganya pada saat Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah untuk mengorbankan putranya Ismail as.

Padahal Nabi Ibrahim puluhan tahun mendambakan anak, begitu Allah memberikan anak dan ketika anak telah sampai usia tamyiz, bisa mambantu dan berusaha bersama ayahnya Ibrahim datanglah perintah Allah untuk mengorbankannya. Apa yang menyebabkan Nabi Ibrahim siap untuk mengorbankan anaknya ?
a. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putranya tidak dapat menghalangi kepatuhan dan ketaatannya kepada Allah.
b.Ismail sendiri bahkan bersedia mengorbankan jiwa dan raganya karena patuh dan taat kepada Allah .

يآأبت افعل ما تؤمر ستجدنى إن شاء الله من الصابرين. (الصافات\37:102)
“Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
a. Siti Hajar ra, sekalipun air matanya nampak menitik pertanda bahwa ia tidak dapat menyembunyikan kesedihannya, tetapi secara pasti ia berkata: “aku rela kalau itu memang perintah Allah”.
b. Setelah merasa pasti bahwa itu adalah keputusan dan ketetapan Allah, dalam kepastiannya sebagai pemimpin, sebagai orang kaya, bahkan sebagai orang yang bergelar Khalilullah, sebagai orang yang mempunyai kedekatan dengan Sumber Hukum dan Sumber Kebijakan. Tidak sedikitpun terbetik di hati Ibrahim dan keluarganya agar mereka diperlakukan secara berbeda di dalam melaksanakan peraturan dan ketentuan. Karena Nabi Ibrahim dan keluarganya sadar bahwa di hadapan Hukum Allah semua manusia sama; harus taat kepada perintah, taat kepada keputusan hukum, taat kepada peraturan dan ketentuan.
Kepatuhan dan ketaatan yang dijiwai oleh semangat pengorbanan karena Allah ini, divisualisasikan (diragakan) secara simbolik dengan penuh keimanan dan keinsyafan oleh mereka yang melaksanakan ibadah haji, dan mereka yang melakukan ibadah kurban.

Aktivitas orang yang melakukan ibadah haji seluruhnya mencerminkan kepatuhan dan ketaatan ini. Bahkan untuk mencontoh Rasulullah – mencium hajar aswad (batu hitam) sekalipun mereka ikhlas dan rela melakukannya karena patuh dan taat kepada Allah . Hal ini, sejalan dengan apa yang mereka nyatakan di dalam talbiyah , Labbaik Allahumma Labbaik (Ya, Allah ini aku datang memenuhi panggilan-Mu; siap untuk melaksanakan apapun yang Engkau perintahkan, siap meninggalkan apapun yang Engkau larang ! Di dalam kehidupan pasca ibadah haji , kesiapan inilah yang menjadi salah satu indikasi penting bagi seseorang apakah hajinya mabrur atau tidak !

2. Orientasi
 Berqurban untuk idul adha
Orientasi pengorbanan karena Allah diwujudkan dalam bentuk kepedulian sosial dan perhatian terhadap lingkungan :

فكلوا منها وأطعموا البائس الفقير. (الحج\ 22 : 28)
Maka makanlah sebagian dari padanya dan sebagian lagi berikanlah untuk makan orang-orang yang sengsara lagi fakir.
Ayat di atas Allah menyatakan bahwa daging kurban boleh dinikmati oleh orang yang berkurban yang merupakan nikmat dan anugrah Allah, tetapi sebagian yang lain; didistribusikan secara adil dan merata terutama kepada mereka yang benar-benar membutuhkan sebagai bentuk kepedulian sosial dan perhatian terhadap lingkungan.

3. Kemanfaatan
 Berqurban untuk Idul Adha
Kemanfaatannya dirasakan oleh semua pihak:
a. Pihak yang berkurban, kualitas keimanan, dan ketakwaannya bertambah; posisinya semakin dekat kepada Allah.
b. Nikmat dan karunia Allah tidak hanya oleh orang-orang tertentu saja melainkan juga oleh orang-orang yang berada di lingkungannya, terutama oleh mereka yang berada pada posisi mustad’afin .
c. Penyakit-penyakit sosial, seperti sikap apatis, individualistik, egoistic, dan kazaliman-kezaliman lainnya diharapkan dengan sendirinya akan terkikis melalui proses interaksi dalam kehidupan sosial yang dijiwai oleh semangat pengorbanan karena Allah, sehingga apa yang disebut dengan kesenjangan sosial akibat ketidak adilan yang dapat menimbulkan antara lain sikap dan perilaku kriminalitas serta anarkis dan kejahatan-kejahatan ekonomi dan sosial lainnya dapat dihindarkan.

4. Cara
 Berqurban untuk Idul Adha

Cara berkurban karena Allah, seperti yang ditunjukkan oleh Allah sendiri, yaitu bukan dengan cara membinasakan manusia, tetapi justru dengan menyelamatkan manusia dan kemanusiaan; dengan jalan mensyukuri nikmat dan karunia Allah, dalam rangka mengoptimalisasikan kemanfaatan nikmat dan karunia Allah yang telah diberikan oleh Allah dan menebarkannya secara adil dan merata.
Perintah penyembelihan terhadap Ismail semata-mata dimaksudkan hanya sebagi ujian, sebagai tuntutan pembuktian atas tekad kesetiaan yang pernah dinyatakan oleh Ibrahim as sendiri. Di samping sebagai Nabi, Ibrahim adalah seorang kaya yang sangat dermawan. Ia banyak mengorbankan harta kekayaannya untuk kepentingan sosial. Suatu waktu ia diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih sejumlah kambing dan sejumlah unta sebagai kurban dan santunan bagi masyarakat yang ada disekitarnya. Pujianpun banyak berdatangan tertuju kepadanya. Waktu itu, ia belum dikarunia anak. Pada waktu itulah ia berkata; bahwa anak sendiripun akan dikorbankan apabila hal itu, diperintahkan oleh Allah. Maka tatkala anak itu benar-benar telah lahir, bahkan telah dapat membantu pekerjaannya dan tentu merupakan anak yang sangat didambakan dan dicintai oleh Ibrahim as dan isterinya Siti Hajar. Dan datanglah tuntutan Allah agar Ibarahim membuktikan tekad dan kesetiaannya kepada Allah.

Setelah Ibrahim as yakin bahwa mimpi itu, benar-benar perintah Allah, iapun berbulat hati untuk melaksanakannya. Ayah dan anak tunduk pada kehendak Allah, tetapi Allah yang kemudian menghentikannya. Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibarahim dan Ismail as maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan kurban, Allah menggantikannya dengan seekor kambing yang besar yang dagingnya diperintahkan untuk didistribusikan secara adil dan merata terutama kepada mereka yang membutuhkannya
. فكلوا منها وأطعموا البائس الفقير peristiwa ini menjadi dasar syariat Kurban yang dilakukan setiap tahun dalam rangkaian Hari Raya dan Ibadah Haji.

5. Tujuan
 Berqurban untuk Idul Adha 2014
Tujuan berkurban adalah taqarrub kepada Allah, yaitu mendekatkan diri sedekat mungkin kepada-Nya untuk memperoleh rahmat, maghfirah, dan ridha-Nya.
Allahu Akbar 3x Walillahi al- Hamd!
IV. Penutup
Hadirin kaum muslimin sidang Idul Adha yang berbahagia!
Demikianlah, Khutbah Tentang Ibadah Kurban / ‘Id al-Adha tidak boleh berhenti hanya pada makna intrinsiknya, akan tetapi ia harus berlanjut dengan mengaplikasikan makna-makna tersebut melalui makna instrumentalnya: dan inilah yang dikehendaki oleh setiap peribadatan atau ritual dalam Islam.
Kepada kita semua, kepada bangsa Indonesia, kepada kaum mukminin dan mukminat di manapun mereka berada, kepada ibu dan bapak kita, kepada para pemimpin kita, kepada anak, cucu dan keluarga kita, kepada generasi kita yang akan melanjutkan hidup kita, kiranya Allah berkenan memberikan ketetapan iman dan Islam, memberikan taufiq, hidayah dan ‘inayah-Nya, memberikan kemudahan dan keberkahan-Nya, sehingga kita dapat memperoleh kebahagian dan kesejahteraan di dunia dan akhirat kelak.
Amin ya rabbal ‘alamin.

 أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua:
 اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
 عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته .



Kamis, 03 April 2014

Testimoni

Testimoni
Bismillah..
           A Testimony of Al Bayan for Moslems MethodI hear the name Pesantren Tahfidz Nurul Qur'an from someone whose the daughter wants to memorize Al Quran. She said that “my daughter is not eligible to recite Al Quran in Pesantren Tahfidz Nurul Qur'an  because she doesn’t memorize 3 chapters of Al Qur’an yet”. I was curious about the name Daqu. I browse about Pesantren Tahfidz Nurul Qur'an on the internet, and the next morning I went to Daqu to search for information about Pon-Pes Al-Qur’an Bahrul Maghfiroh  activity.
In December 21, 2013, I started to recite Al Quran in Pon-Pes Al-Qur’an Bahrul Maghfiroh . I was somewhat surprised by the system anyway, because it only allowed muroja'ah ¼ juz (chapter in Al Quran). In fact, usually I have to muroja'ah at least ½ juz. At that time I wonder when I will finish murojaah all chapters that I have memorized. But gradually I got used to the way it was. Moreover, there, I’m required to recite slowly and Tartil, so my hasty and fast style in reciting Al Quran now turned into a bit slow and quite Tartil. The system was also changed my perception of reciting Al Quran quickly in order to be able to read all chapters I have already memorized every day to be “reciting few chapters but tartil”. In addition, there I’m taught a method namely Al Bayan lil Muslimin (Al Bayan for Moslems). That is the method of learning how to use Al Qur’an .
Qur'an bayan Rosm Utsmaniy has slightly different with the Qur'an in general, where there are differences in the shape of tanwin to distinguish between idzhar and ikhfa '. There is also the use of flat fathah (not the long one) on the lam jalalah, and so forth. According to ustadz Muslimin, the founder of the method, “the method is taught not only for you yourself but also to be taught to others.” That is, anyone who wants to learn the method does not have to go to Daqu, but can be learn from me.
There are 5 handbooks to learn the method, starting from the first book namely “I'dad” that introduces hijaiyah, then “juz 1” that introduce hijaiyah that are already connected to each other along with an explanation of how the shape changes shape in the beginning, in the middle and at the back. “Juz 2” discusses about a fat-ha that is present on the letter before a silent alif or a  dammah that is present on the letter before a silent waaw and etc (introducingAl-Madd Al-tabee‘ee, mad, alif lam, and tasydid). Chapters 3 started learning to read verses long and introduction to fawatihussuwar. The last book, chapters 4 and 5 study the theories of recitation and makhroj (pronunciation). This last book is different with the previous chapters. If the previous chapters only learning to recite without knowing the name, in this chapter, the readers are told the name of the recitation.The method makes me understand how to use rosm Ottoman Manuscripts / Qur'an bayan. Until now, I am still active reciting Qur’an there and hopefully I can be istiqomah to do it. Amien..,
In December 21, 2013, I started to recite Al Quran in Pon-Pes Al-Qur’an Bahrul Maghfiroh . I was somewhat surprised by the system anyway, because it only allowed muroja'ah ¼ juz (chapter in Al Quran). In fact, usually I have to muroja'ah at least ½ juz. At that time I wonder when I will finish murojaah all chapters that I have memorized. But gradually I got used to the way it was. Moreover, there, I’m required to recite slowly and Tartil, so my hasty and fast style in reciting Al Quran now turned into a bit slow and quite Tartil. The system was also changed my perception of reciting Al Quran quickly in order to be able to read all chapters I have already memorized every day to be “reciting few chapters but tartil”. In addition, there I’m taught a method namely Al Bayan lil Muslimin (Al Bayan for Moslems). That is the method of learning how to use Al Qur’an .Qur'an bayan Rosm Utsmaniy has slightly different with the Qur'an in general, where there are differences in the shape of tanwin to distinguish between idzhar and ikhfa '. There is also the use of flat fathah (not the long one) on the lam jalalah, and so forth. According to ustadz Muslimin, the founder of the method, “the method is taught not only for you yourself but also to be taught to others.” That is, anyone who wants to learn the method does not have to go to Daqu, but can be learn from me.There are 5 handbooks to learn the method, starting from the first book namely “I'dad” that introduces hijaiyah, then “juz 1” that introduce hijaiyah that are already connected to each other along with an explanation of how the shape changes shape in the beginning, in the middle and at the back. “Juz 2” discusses about a fat-ha that is present on the letter before a silent alif or a  dammah that is present on the letter before a silent waaw and etc (introducingAl-Madd Al-tabee‘ee, mad, alif lam, and tasydid). Chapters 3 started learning to read verses long and introduction to fawatihussuwar. The last book, chapters 4 and 5 study the theories of recitation and makhroj (pronunciation). This last book is different with the previous chapters. If the previous chapters only learning to recite without knowing the name, in this chapter, the readers are told the name of the recitation.The method makes me understand how to use rosm Ottoman Manuscripts / Qur'an bayan. Until now, I am still active reciting Qur’an there and hopefully I can be istiqomah to do it. Amien..,

                    Testimoni tentang metode Al Bayan lil Muslimin
Aku mengenal Pesantren Tahfidz Nurul Qur'an Malang dari seseorang yang putrinya ingin menghafal Al Quran tapi masih belum diperbolehkan untuk menyetorkan hafalannya ke  Pon-Pes Al-Qur’an  karena hafalannya belum mencapai 3 juz. Sejak itu aku penasaran dengan yang namanya  Pesantren Tahfidz Nurul Qur'anMalang. Aku mencoba mencari tahu tentang  Pesantren Tahfidz Nurul Qur'anMalang dari internet, kemudian esok paginya aku langsung menuju kantor nya di jln njoyo agung atas sebelum vila bukit tidar untuk bertanya lebih lanjut tentang kegiatan-kegiatannya.Tanggal 21 Desember 2013, aku mulai setor kesitu. Awalnya aku agak kaget dengan sistemnya sih, karena hanya diperbolehkan muroja’ah ¼ juz saja. Padahal, sebelum-sebelumnya, aku harus muroja’ah minimal  ½ juz. Saat itu aku berfikir kapan khatamnya kalau setiap hari hanya mengaji ¼ juz? Tapi lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan cara itu. Apalagi disitu dituntut untuk mengaji pelan dan tartil, sehingga gaya mengajiku yang terburu-buru dan cepat itu kini berubah menjadi sedikit pelan dan lumayan tartil. Sistem itu juga mengubah persepsiku dari mengaji cepat agar semua hafalanku bisa terbaca semua setiap hari menjadi “sedikit-sedikit yang penting lancar semuanya.” Selain itu, disitu juga diajarkan metode al bayan lil muslimin, yaitu suatu metode yang mempelajari bagaimana menggunakan Al Qur’an bayan.Al Qur’an Rosm Utsmaniy memang sedikit berbeda dengan Al Qur’an pada umumnya, dimana ada perbedaan bentuk tanwin yang menggambarkan idzhar dan ikhfa’, lalu ada pula penggunaan fathah datar (bukan harokat panjang) pada lam jalalah, dan lain sebagainya. Menurut ustadz Muslimin, pencetus metode tersebut, metode itu diajarkan tidak hanya untuk menjadi bekal bagi diri sendiri tetapi boleh juga untuk diajarkan kepada orang lain. Maksudnya, siapa saja yang mau belajar metode itu tidak harus pergi ke  di Pon-Pes Al-Qur’an Bahrul Maghfiroh Malang, tetapi bisa langsung lewat saya.Ada 5 buku pedoman untuk mempelajari metode itu. mulai dari tahapan I’dad yaitu pengenalan terhadap huruf hijaiyah yang belum disambung, kemudian juz 1 yaitu pengenalan huruf hijaiyah yang sudah disambung satu sama lain beserta penjelasan perubahan bentuknya bagaimana ketika di awal, di tengah dan di belakang. Kemudian juz 2 mempelajari tentang bagaimana jika ada huruf yang di dlummah bertemu dengan wawu sukun, dlsbg (pengenalan mad thobi’i, alif lam, dan tasydid). Kemudian juz 3 sudah mulai belajar membaca Ayat ayat yang panjang dan pengenalan terhadap fawatihussuwar. Buku yang terakhir, juz 4&5 mempelajari teori-teori tajwid dan makhorijul huruf. Perbedaannya dengan juz-juz yang sebelumnya, jika pada juz-juz yang sebelumnya hanya diarahkan untuk membaca begini ketika ada begini, maka di juz 4&5 ini diberitau bahwa ketika ini bertemu ini namanya adalah ini.Metode tersebut membuat saya memahami bagaimana menggunakan mushaf rosm utsmani / Al Qur’an bayan. Sampai saat ini saya masih aktif mengaji disitu dan semoga saya bisa istiqomah untuk mengaji disitu sampai khatam. Amin..,

-----Aninda Rahma Astrina, 23 th, Malang----

Alhamdulillah di Pesantren Tahfidz Nurul Qur'an Malang menyediakan fasilitas belajar membaca Al- Quran , di usia saya yang sudah dewasa seperti ini sulit rasanya mencari tempat belajar mengaji yang nyaman dan berkualitas. Didukung dengan pengajar yang sangat expert dibidangnya yakni Al-ustadz Ahmad Muslimin Al Hafidz S.Pd.I dan dengan buku metode panduan yang beliau susun sendiri “Al-Bayan Lil Muslimin” membuat kegiatan belajar semakin terarah dengan baik. Ditambah lagi dengan metode tatap muka one by one membuat saya lebih paham untuk memperbaiki titik kelemahan bacaan saya. Alhamdulillah sungguh Liar Biasa belajar mengaji disini. Terimakasih Ustadz dan Pon-Pes Al-Qur’an . Jazakumullah Khoiron.

Senin, 17 Maret 2014

Testimoni


Testimoni

Bismillah..
Ini adalah kali pertama saya mengikuti program tahsin di Pesantren Tahfidz Nurul Qur'an. Tak disangka, saya memperoleh bimbingan dengan metode Al Bayan Lil muslimin, sebuah metode belajar membaca Al-Qur’an dengan rosm Utsmaniy. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur atas kesempatan yang Allah berikan ini. Karena selain belajar memperbaiki bacaan (makharijul huruf dan tajwid), saya mulai belajar memahami tulisan (bentuk huruf dan ejaan) mushaf Al-Qur’an yang baku. Selain itu, saya memperoleh motivasi untuk menyampaikan ilmu (mengajarkan) membaca Al-Qur’an kepada saudara yang lain. Baarokallah..

Khalifatun Nisa
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Membaca Mushaf Al qur'an cetakan Indonesia mungkin sudah terbiasa dan mudah bagi kita, tetapi membaca mushaf Al qur'an dengan rosm ustmani bagi yang belum terbiasa akan menjadi sulit karena ada beberapa perbedaan dalam tanda baca. Alhamdulillah setelah belajar tahsin melalui metode Albayan lilmuslimin di Pesantren Tahfidz Nurul Qur'an Malang, sedikit demi sedikit, membaca mushaf Al qur'an dengan rosm ustmani menjadi lebih mudah.


Dyah
Santri rumah tahfid Mahasiswi Malang


Kamis, 20 Februari 2014

Berdoalah kepada-KU

Berdoalah kepada-KU, niscaya Aku kabulkan. Berkata Imam Athailah dalam hal belum terkabulnya doa hamba:
1. Adakalanya diterima namun diakhirkan
2. Adakalanya diterima namun tidak sama dengan doanya
3. Adakalanya diterima namun dibalik untuk menangkal bala'
4. Adakalanya diterima namun diganti untuk memperbanyak dzikirnya

Kamis, 06 Februari 2014

Mengapa One Day One Juz nduk hody ,Aam ?



Dari Abdullah bin Amru bin Ash, dari Rasulullah SAW beliau berkata, “Puasalah tiga hari dalam satu bulan.” Aku berkata, “Aku mampu untuk lebih banyak dari itu, wahai Rasulullah.” Namun beliau tetap melarang, hingga akhirnya beliau mengatakan, “Puasalah sehari dan berbukalah sehari, dan bacalah Al-Qur’an (khatamkanlah) dalam sebulan.” Aku berkata, “Aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau terus melarang hingga batas tiga hari. (HR. Bukhari).

Dari hadist di atas, Rasulullah menyuruh kita mengkhatamkan Alquran dalam sebulan, artinya jangan lebih dari itu. Bila kita mengkhatamkan Alquran lebih dari sebulan atau bahkan berbulan-bulan lamanya, dapat dipastikan hati kita tidak dekat dengan Alquran. Sejarah mencatat bahwa para sahabat dan salafush shalih banyak yang menyikapi sebagai sesuatu yang minimal saat mendengar sabda Rasulullah SAW “bacalah Al-Qur’an (khatamkanlah) dalam sebulan.” Sebutlah Usman bin Affan Ra, Abdullah bin Amr bin ‘Ash Ra, Imam Abu Hanifah, dan Imam Asy Syafi’i. Mereka adalah contoh orang-orang yang terbiasa khatam dalam tiga hari atau maksimal satu pekan. Karena khatam satu kali dalam sebulan terlalu lama bagi mereka untuk bertemu dengan ayat-ayat Allah.

Maksudnya, jika seseorang khatam sekali sebulan berarti hanya satu kali dalam sebulan ia bertemu dengan masing-masing surat dalam Alquran. Mereka, para sahabat dan salafush shalih ingin lebih sering bertemu dengan surat-surat itu. Karena sentuhan tarbawi surat al Baqarah berbeda dengan surat Ali Imran. Begitu juga dengan surat an Nisa, al Maidah, dan surat-surat lainnya. Boleh jadi ketika seseorang membaca surat an Nisa, dia merindukan surat al Maidah.

Lalu, bagaimana dengan kita yang sengaja berlama-lama dalam mengkhatamkan Alquran? Itu berarti kita akan sangat jarang bertemu dengan setiap surat di dalam Alquran. Kita harus waspada, jangan sampai hidup kita berakhir saat kita lalai tilawah satu juz perhari. Hidup kita pun berakhir dengan penyesalan. Padahal sesungguhnya kita mampu jika saja mau menambah sedikit ikhtiar dalam mencapainya.

Berikut kiat-kiat untuk bisa tilawah one day one juz:

💧Harus niat  ikhlas dan cinta semata-mata karena Alloh Swt.


💧Berusahalah melancarkan tilawah jika belum lancar, karena normalnya tilawah satu juz dapat dilakukan dalam waktu 30-40 menit. Sehingga sangat mungkin bagi kita untuk tilawah one day one juz dari 24 jam waktu yang kita miliki.
💧Carilah tempat dan waktu yang kondusif untuk berkonsentrasi dalam tilawah.
💧Lakukan qadha (mengganti) target tilawah yang terlewatkan pada hari itu di hari berikutnya.
💧Sering-seringlah mengadukan keinginan untuk bisa tilawah sehari minimal satu juz kepada Allah SWT, Pemilik Alquran. Pengaduan kita yang sering kepada Allah menunjukkan kesungguhan kita dalam melakukan ibadah itu. Pertolongan Allah SWT pun akan datang sehingga memudahkan kita melaksanakan tilawah.
💧Perbanyaklah amal sholeh karena setiap amal sholeh menghasilkan energi baru untuk amal sholeh berikutnya, seperti halnya satu maksiat yang akan menghasilkan maksiat lain jika kita tidak segera bertobat kepada Allah SWT

Kendala yang harus dihadapi diwaspadai:

Perasaan menganggap sepele saat sehari tidak tilawah sehingga berdampak pada tidak adanya keinginan untuk segera kembali kepada Alquran
Lemahnya wawasan tentang Alquran
Tidak memiliki waktu wajib bersama Alquran
Lemahnya keinginan untuk tilawah, tidak pula memohon kepada Allah agar diberi kemudahan tilawah setiap hari
Terbawa lingkungan.
Tidak tertarik dengan majelis yang menghidupkan Alquran
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah lalu di antara mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya kecuali turun kepada mereka ketenangan yang diliputi rahmat, dikelilingi malaikat, dan Allah SWT menyebut nama-nama mereka di sisi makhluk yang ada di dekat-Nya.” (HR Imam Muslim)