Selasa, 15 Mei 2012

CARA PENYAMPAIAN AL-BAYAN LIL MUSLIMIN



1.             Sebagai guru pengajar Al-Qur’an harusnya sudah Musyafahah (digurukan) kepada ahli qur’an dan hendaknya niat Ikhlas  karena Allah SWT
2.             Semua tulisan AL-BAYAN LIL MUSLIMIN menggunakan rosm utsmany, maka kami anjurkan untuk memakai Al-Qur’an rosm utsmany, kalau memakai selain rosm utsmany nanti anak-anak akan bingung karena tulisannya jauh berbeda..
3.             Guru menjelaskan pokok pelajaran (yang bergaris bawah) dan memberikan contoh bacaan dengan baik, benar dan fashih, selanjutnya murid membaca sendiri tanpa dituntun
4.             Kalau murid salah membaca, jangan langsung dibetulkan kecuali bila sudah tidak bisa
5.             Murid membaca dihadapan guru, individu, klasikal. Baca sima’, dan guru jangan menaikan murid, bila belum benar dan lancar.

6        Qoidah bacaan yang di terangkan dalam juz ini hanya saya khususkan menurut Qiroah Masyhuroh yaitu menurut Qiroah Imam Ashim, riwayat iman hafs yang melalui  jalurnya  imam abi Muhammad ubaid ibnis shobbah
7        Apabila ada keraguan dalam menyampaikan bacaan Ghoroibul Quran lebih baik ditanyakan pada ahlinya atau hubungi penyusun dengan alamat yang tertera di akhir buku AL BAYAN LILMUSLIMIN ini atau no telp / HP
·         0853 333 22 648
·         0341 731 29 46


8        Kami mohon kepada Asatidz untuk merangkum pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pelajaran yang ada di buku ini  guna untuk membuat pertanyaan-pertanyaan atau membuat soal-jawab.
Syukron jazakumulloh.
Demikian sedikit bimbingan dalam mengajar,semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.amin


                                                                                     penyusun

Senin, 14 Mei 2012

silsilah guru alqur'an menurut Qiroah Imam Ashim, riwayat iman hafs yang melalui jalurnya imam abi Muhammad ubaid ibnis shobbah






1    سيدنا محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم
2    عثمان بن عفان على بن أبى طالب زيد بن ثابت عبد الله بن مسعود ابى بن كعب
3    الامام أبو عبد الرحمن عبد الله بن حبيب بن ربيعة السلّمى
4    الامام عاصم بن أبى نجود الكوفى
5    الامام أبوعمرو حفص بن سليمان بن المغيرة الاسدى الكوفى
6    الامام أبومحمد عبيد بن الصباح بن صبيح الكوفى ثم البغدادى
7    الامام أبو العباس احمد بن سهل ابن الفيروزانى الاشنان
8    الامام أبو الحسن طاهر بن غلبون
9    الامام الحافظ أبو عمرو عثمان سعيد الدانى
10   الامام أبو داود سليمان بن نجاح الاندلسى
11   الامام أبو الحسن على بن محمد بن هذيل
12   الامام أبو القاسم الشاطبى الضرير الاندلسى الشافعى
13   الامام أبو الحسن على بن شجاع بن سالم بن على بن موسى العباس
14   الامام أبو عبد الله محمد بن عبد الخالق المصرى الشافعى
15   الامام أبو الخير محمد بن محمد الدمشقى المشهوربا بن الجزرى
16   الشيخ الامام أحمد الاسيوطبى
17   الشيخ الامام ابى يحيى زكريا الانصارى
18   الشيخ العلامة ناصر الدين الطلاوى
19   الشيخ العلامة شحاذة اليمنى
20   الشيخ العلامة سيف الدين عطاء الله الفضالى
21   الشيخ العلامة سلطان المزاحى
22   الشيخ العلامة على بن سليمان المنصورى
23   الشيخ العلامة حجازى
24   الشيخ مصطفى بن عبد الرحمن الازمر
25   الشيخ العلامة احمد الرشيدى
26   الشيخ العلامة اسماعيل بستين
27   الشيخ العلامة عبد الكريم ابن الحاج عمر البدرى
28   الشيخ المقرئ العالم كياهى الحاج محمد منور بن عبد الرشاد الجكجاوى
29   الشيخ كياهى الحاج عبد القادر منور الجكجاوى
30   الشيخ كياهى الحاج أروانى بن محمد أمين القدوسى
31   الشيخ كياهى هشام القدوسى ثلاثهم قراو من الشيخ كياهى الحاج منور بن عبد الرشاد الجكجاوى
32   الشيخ كياهى الحاج عبد المنان ابو شكر الملانجى قرا من هؤلاء الثلاثة المذكورين
33   الأستاذ أحمد مسلمين بن سمردى عبد الله الجاوى  

MUJAHADAH \ MUNAJAT


By ahmad muslimin
MUJAHADAH\MUNAJAT
TA’AWUZD,BASMALAH,HAMDALAH,SHOLAWAT
Ya Allah, Ya Sayyidi, Engkau adalah dzat yang Maha Memberi Tanpa diminta. Telah Engkau berikan kami  Islam, Iman, dan Ma’rifat yang tiada kami minta. Engkau berikan banyak pemberian, bukan karena permintaan kami, atau ketaatan kami, bukan juga karena ibadah kami, karena kami ada setelah kami tidak ada, dan Engkau berikan kami beberapa nikmat yang besar berupa iman, islam dan ma’rifat kepadaMu.
Ya Allah, Engkau yang selalu kami harapkan dan selalu kami minta sekalipun kami tidak dapat menetapi ketaatan, karena kami yakin Engkau adalah Dzat Yang Maha Karim, sifat yang tidak suka mengambil sesuatu yang telah Engkau berikan, sekalipun kami sering maksiat dan jarang sekali bersyukur kepadaMu.
Ya Allah, selamatkanlah kami semua, dari semua dosa dan perbuatan kami sendiri, dan selamatkanlah kami dari fitnah dunia dan segala apa yang membahayakannya.
Ya Allah, Engkau yang menahan sesuatu dan menjaganya, Engkau jugalah pemilik segala pertolongan yang kami butuhkan, semua beban kami, kesulitan kami, kesusahan kami, hanya Engkau yang mampu mengatasinya.
Ya Allah, terlalu kecil semua urusan kami, bahkan semua urusan manusia, jika dikumpulkan dan dihadapkan padaMu juga teramat kecil. Tiadalah salah kami yang lemah ini benar-benar bergantung kepadaMu.
Ya Allah, kami yakin orang yang bergantung kepadaMu, bukanlah orang yang tuna dan rusak.
Laa ilaa ha illalloh, tiada tempat bergantung bagiku kecuali Engkau, tiada tempat  yang kami tuju kecuali Engkau, tiada yang kami minta kecuali keridhoanMu, sekalipun kami bukanlah orang yang selalu ridho menerima Qodho’ QodarMu.
Ya Allah, jika bukan karena fadhol dan pertolonganMu, maka tidaklah dapat kami menjauhi  kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan.
Ya Allah, kami berdiri di pintu rahmatMu mengharap panggilanMu, semoga Engkau menerima kami, sekalipun kami terus menerus berbuat maksiat kepadaMu .
Ya Allah, sesungguhnya Engkau berjanji bahwa iblis terlaknat tidak dapat mengganggu  orang-orang yang taat kepadaMu, dan kami meminta agar Engkau menolong kami untuk dapat beribadah sepenuhnya kepadaMu.
Ya Allah Ya Illahy, sesungguhnya tidak ada setan atau iblis kecuali nafsu kami sendiri, karenanya hilangkanlah nafsu kami agar kami melanggengkan ibadah kami dan mencapai ma’rifat kepadaMu.
Laa ilaa ha illalloh, Ya Allah, bukanlah orang yang tuna dan rusak, orang yang telah menjadikan wali untuk wasilah kepadaMu. Ya Allah jadikanlah kejelekan kami sebagaimana jeleknya orang-orang yang Engkau kasihi, sebab jeleknya orang-orang yang Engkau kasihi itu menjadi baik, dan baiknya orang yang Engkau benci itu menjadi rusak. Ya Allah….
Mudah-mudahan amal kebaikan kami bisa menjadi kegembiraan hati kami untuk bertemu denganMu Ya Allah.
Laa ilaa ha illalloh, demikian permintaan kami, mudah-mudahan Engkau senang jika kami meminta kepadaMu, sekalipun kami bukanlah orang-orang yang taat, karena sesungguhnya tak dapatlah kami meminta kepadaMu dan melaksanakan sesuatu tanpa fadholMu, kuserahkan jiwa raga kami  kepadaMu . Ya Illahi jangan kau hilangkan ma’rifat kami kepadaMu dan belas kasihMu kepadaku, tiada yang kami harapkan kecuali ridhoMu Ya Allah.
Hauqola 3 x,sholawat, amiiin ya robbal ‘alamin
penutup

MEMAHAMI TAFSIRUL QUR’AN


MEMAHAMI TAFSIRUL QUR’AN

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,[Q.s alnahl 43]

Al Quran sebagai kitab paripurna syarat dengan konsep, baik yang bersifat abstrak (ghaib) maupun konkret (dzahir). Konsep tentang Allah, malaikat, akhirat adalah konsep abstrak. Sementara itu al Qur’an juga menunjukkan konsep yang mengarah kepada fenomena konkret yang dapat diamati, misalnya tentang fuqara, mustadl'afin (kaum yang lemah), dsb.
Semua konsep diatas menjadi bermakna bukan saja karena keunikan keteraturan cara al Qur’an membahas suatu permasalahan secara sistematis, tetapi juga karena muatan al Qur’an yang bisa memberi gambaran paripurna (komprehensif) mengenai nilai-nilai Islam.
Upaya umat Islam menggali unsur muatan dan keparipurnaan al Quran melalui metode penafsiran telah berkembang sejak periode sahabat dilanjutkan tabi'in dan seterusnya.
Dalam kitab al Itqah fi Ulum al Quran, Imam Suyuti mendefinisikan tafsir sebagai penjelasan dan penyingkapan (nilai-nilai al Qur’an). Menurut ulama lain, tafsir diartikan sebagai suatu penjelasan lafadz dengan satu penjelasan saja.
Adapun metode penafsiran al Quran menurut para ulama ada dua macam. Pertama, memakai dalil naqli dan harus simai. Metode ini banyak dipakai kalangan as salaf as shalih. Sedangkan yang kedua berdasarkan ra'yi (pendapat). Metode kedua ini diperbolehkan, mengingat para sahabat dan tabiin berbeda-beda dalam menafsiri al Qur’an. Hal ini menandakan masuknya unsur ra'yi mereka dalam menafsirkan al Qur’an. Namun, terlepas dari hal tersebut, ra'yi penafsir harus terlepas dari tabiat dan hawa nafsu, karena di samping dilarang juga merusak kemurnian al Qur’an.
Tafsir yang sering juga terdengar sekarang adalah penafsiran secara tematik (maudlu'i). bentuk penafsiran menurut tema permasalahan atau disiplin ilmu tertentu ini diperbolehkan asal tidak menyimpang dari sumbernya. Seperti ada mufassir kontemporer yang menafsiri bahwa Ya'juj dan Ma'juj yang disebut dalam al Quran adalah bangsa Mongol dan Tartar. Wal hasil, pokoknya tidak sampai memutarbalikkan fakta yang berakibat mengubah arti, maksud dan tujuan al Qur’an maka secara penafsiran bentuk apapun diperbolehkan.
Yang masih sering menjadi pertanyaan, tafsir mana yang benar dan dapat dijadikan panduan hidup di dunia dan akhirat?
Dalam menentukan benar tidaknya suatu tafsiran al Qur’an, umat Islam kebanyakan masih tergantung pada masing-masing golongan yang ada di tubuh umat Islam itu sendiri. Apa yang dikatakan mufassir ahlussunnah wal jamaah akan punya kekhasan tersendiri dengan yang dikatakan para ulama tafsir dari golongan Mu'tazilah, Syiah atau yang lain.
Selain itu, dengan hanya mendasarkan diri pada al Qu’ran saja sebenarnya telah tercukupi semuanya. Tetapi karena al Qur’an tidak sampai menjelaskan secara rinci bagaimana cara membuat kapal terbang misalnya--tapi al Qur’an memuat aturan-aturan global yang cukup untuk mengilhami seorang perancang pesawat terbang.
Sekarang tugas jangka pendek umat Islam adalah menjaga dan menghidupkan al Qur’an dengan jalan belajar membacanya secara bagus dan benar secara musyafahah (menghadap atau setoran bacaan) kepada guru yang benar-benar ahlul Qur’an. Juga, mempelajari, memahami ,menghafalkan dan mengkaji tafsir di hadapan guru yang ahli, untuk kemudian berusaha mengamalkannya sehingga mencapai derajat hamilul Qur’an, dari sisi ucapan, ilmu maupun amalnya. Dan akhirnya mampu mengajarkannya, karena Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al Quran dan mengajarkannya."
Disamping itu yang seharusnya menjadi warisan generasi penerus adalah cara menomorsatukan al Qur’an, baik bacaan, tafsir, dalil dan lain sebagainya, diatas segala-galanya, sehingga apabila ada ilmu yang bertentangan dengan al Qur’an maka yang harus didahulukan adalah al Qur’an. Sabda Nabi:
"Barangsiapa menjadikan al Quran sebagai Imamnya, maka ia akan didahulukan masuk ke surga."
Kami melalui tulisan ini mengajak seluruh muslimin siapa saja yang ingin mempelajari Al Qur’an baik bacaan, tafsir, dalil maupun menghafalkannya harus didasari dengan hati ikhlas ,cinta dan penuh kesabaran karena Alloh swt,dalam Alqur’an Alloh swt berfirman:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?[Q.s alqomar 17]
Walhasil  Al Qur’an harus jadi sumber segala sumber ilmu.
Akhirnya, kepada para generasi muda Islam agar selalu berusaha mempelajari Al Qur’an, baik bacaan,hafalan,tafsir, makna, pemahaman, rahasia, berkahnya dan menghayatinya sampai dapat mengamalkannya. Ini semua harus diperoleh dari guru Alqur’an  yang mutawatir sambung sanadnya kepada nabi Muhammad saw atau seorang yang ahli di bidangnya yang telah dijamin kebenaran dan keselamatan ajarannya. Amiiin
Wallahu a'lam  bishowab

MELATIH ANAK SEJAK DINI




“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
[QS .AL ahzab: 21]

Di zaman yang serba modern ini,tak banyak orang tua yang benar-benar mendidik anak-anak dengan penuh kasih saying dan menjauhkan mereka dari hal-hal yang sia-sia.memulainya dengan pendidikan agama,mengingat bahwa pondasi dasar agama supaya masuk dalam kehidupan anak sejak dini sehingga setelah dewasa nanti anak tersebut bisa menjadikan suatu kebiasaan dalam diri mereka.sholat,puasa,mengaji misalnya,jika kita sebagai orang tua terus menerus tanpa merasa lelah  mengingatkan da memberi contoh secara langsung [praktek], dalam pribahasa arab mengatakan:
لسان الحال افصح من لسان المقال
“ Praktek perbuatan itu lebih menunjukkan dari pada ucapan “
dan niscaya kelak dewasanya hal itu akan menjadi suatu kebiasaan tanpa harus menyuruhnya.
Sayangnya,kita bahkan melakukan sesuatu yang buruk pada anak-anak kita,bahkan kita sendiri yang menyenangi dan membanggakan adat dan kebiasaan yang buruk tersebut,seperti halnya tetap menonton TV di waktu-waktu masuk sholat,membiarkan anak-anak kita berlama-lama bermain dengan alat-alat modern dan canggih seperti internet yang lagi di gandrungi para remaja,bahkan anak-anak usia dini,karena mungkin banyak yang beranggapan jika tanpa alat itu akan terlihat ketinggalan zaman.Dan akhirnya kita sebagai orang tua akan menghibur diri dengan kata-kata “ Nantinya jika dewasa ia juga akan menjadi anak yang baik,pandai,dan taat agama,tapi karena keburukanlah yang selalu kita tanamkan sejak kecil maka ketika ia dewasa yang tertamanlah yang akan menjadi kebiasaannya,karena hanya orang yang menanam benih padilah yang akan mengetam padi ,dan tidaklah mungkin jika kita menanam rumput akan tumbuh menjadi batang padi, maka mustahillah kita mengharap anak kita tumbuh menjadi anak yang baik sedangkan kita selalu mengabaikan amalan-amalan agama yang benar dan tanpa membiasakan pendidikan agama sejak dini.
Sebagaimana hadits nabi yang berbunyi :
Artinya: setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah [suci],kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut yahudi,nasoro,atau majusi.
Diriwayatkan menurut jumhur ulama’  “sayyid hasan ra” adalah cucu Rosululloh SAW yang lahir pada bulan romadhon tahun ke 3 hijriyah,dan ketika Rosul wafat beliau masih berusia 7 tahun,namun di usia yang  begitu belia,beliau  telah mampu meriwayatkan beberapa hadits  nabi  Muhamad SAW,yang  belum mampu di lakukan anak seusianya. Abul haura’rah ra. Pernah bertanya pada sayyid Hasan ra,”apakah ada sesuatu yang kau ingat dari Rosul?”jawabnya,ya ada. Suatu ketika saya berjalan-jalan bersama rosul SAW,dan saya melihat setumpuk kurma dari orang-orang yang bersedekah,dan saya mengambilnya kemudian memakannya,dan ketika kurma masih berada di mulut saya,beliau bersabda “kah-kah” sambil mengeluarkan kurma tadi dari mulut saya dan beliau bersabda  “ kita tidak boleh makan hasil dari sedekah “. Begitu juga cucu rosululloh sayyid Husain yang berusia 6 tahun ketika nabi wafat,telah mampu mengingat  apa yang pernah di riwayatkan rosul SAW dan beliau tergolong ahli hadits serta termasuk salah seorang di antara para imam yang telah meriwayatkan delapan hadits rosul SAW ,beliau mengatakan “aku pernah mendengar rosul bersabda “ jika umatku mengendarai perahu ,maka hendaklah ia membaca :
بسم الله مجريها و مرسها ان ربى لغفور رحيم < هود : 41 >
Yang artinya: “Dengan menyebut nama Alloh pada waktu berlayar dan berlabuhnya.Sesungguhnya Tuhanku benar-benar  Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [hud :41], maka ia selamat dan tidak akan tenggelam.”
Apakah yang dapat di lakukan oleh anak seusia 6 dan 7 tahun ? Pada usia semuda itu ternyata sayyid Hasan ra dan sayyid Husain ra,telah mapu mengingat sejumlah hadits sekaligus meriwayatkannya.Ini menunjukkan kemampuan yang sempurna dan semangat yang luar biasa,tetapi saying kita sekarang justru tidak mengajari pengetahuan sedikitpun kepada anak-anak kita yang sudah berumur 7 tahun.
Masa anak-anak adalah masa keemasan dalam  mengingat,maka hendaknya kita tidak menceritakan hal-hal yang  bohong dan penuh kesia-siaan yang akan tertanam dalam otak dan merusak  hati mereka,jika cerita yang menakutkan tentang jin atau berhala diganti dengan cerita-cerita yang menjadikan takut pada Alloh atas murka dan siksaNya,serta menanamkan akan keagungan dan kehebatan Alloh SWT,maka hal itu akan lebih bermanfaat bagi mereka di dunia dan di akhirat. Apalagi jika masa-masa keemasan itu kita latih untuk menghafal Al-qur’an,karena sekalipun di masa ini bukanlah sesuatu yang mudah,namun hasilnya adalah tidak pernah lupa dan ragu dalam membaca ayat-ayat musytabihat dalam Al-qur’an,sebagai mana syair mengatakan “belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu,belajar di waktu tua bagai mengukir di atas air”.
WALLOHU A’LAM BISSHOWAB

Masuk Surga Dengan Merangkak




Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman .
[QS huud 120]
Pada suatu hari, saat kota Madinah sunyi senyap, debu yang sangat tebal mulai mendekat dari berbagai penjuru kota hingga nyaris menutupi ufuk. Debu kekuning-kuningan itu mulai mendekati pintu-pintu kota Madinah. Orang-orang menyangka itu badai, tetapi setelah itu mereka tahu bahwa itu adalah kafilah dagang yang sangat besar. Jumlahnya 700 unta penuh muatan yang memadati jalanan Madinah.

Orang-orang segera keluar untuk melihat pemandangan yang menakjubkan itu, dan mereka bergembira dengan apa yang dibawa oleh kafilah itu berupa kebaikan dan rizki. Ketika Ummul Mukminin Aisyah RHA mendengar suara gaduh kafilah, maka dia bertanya, "Apa yang sedang terjadi di Madinah?" Ada yang menjawab, "Ini kafilah milik Abdurrahman bin Auf RA yang baru datang dari Syam membawa barang dagangan miliknya." Aisyah bertanya, "Kafilah membuat kegaduhan seperti ini?"

Mereka menjawab, "Ya, wahai Ummul Mukminin, kafilah ini berjumlah 700 unta." Ummul Mukminin menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Aku bermimpi melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak'."

Sebagian sahabatnya menyampaikan berita ini kepadanya. Ia teringat bahwa ia pernah mendengar hadits ini dari Nabi SAW lebih dari sekali, dan dengan lafazh yang berbeda-beda. Ia pun melangkahkan kakinya menuju rumah Ummul Mukminin Aisyah RHA dan berkata kepadanya, "Sungguh engkau telah menyebutkan suatu hadits yang tidak akan pernah aku lupa-kan."

Kemudian ia berkata, "Aku bersaksi bahwa kafilah ini berikut muatan dan pelananya, aku infakkan di jalan Allah SWT."

Muatan 700 unta itu pun dibagi-bagikan kepada penduduk Madinah dan sekitarnya dalam "pesta besar". Itulah Abdurrahman bin Auf, seorang pedagang sukses, orang kaya raya, mukmin yang mahir... yang menolak bila kekayaannya itu menjauhkannya dari khafilah iman dan pahala surga. Bagaimana tidak? Sedangkan ia adalah salah seorang dari delapan orang yang telah lebih dahulu masuk Islam, dan termasuk salah seorang yang diberi kabar gembira dengan surga.

Ketika Rasulullah SAW mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar, beliau mempersaudarakan antara Abdurrahman bin Auf dengan Sa'd bin ar-Rabi' RA. Mengenai hal itu, Anas bin Malik RA menuturkan, "Sa'd berkata kepada Abdurrahman, 'Wahai saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang paling banyak hartanya, lihatlah separuh hartaku lalu ambillah. Aku punya dua istri, lihatlah mana di antara keduanya yang paling engkau kagumi, maka aku akan menceraikannya untuk engkau nikahi.' Abdurrahman bin Auf menjawab, 'Semoga Allah memberkahimu berkenaan dengan keluargamu dan hartamu... Tunjukkanlah padaku letak pasar.' Lalu ia pergi ke pasar, lalu membeli dan menjual serta mendapatkan keuntungan."

Ia pernah mendengar Rasulullah  bersabda kepadanya pada suatu hari,

يَا ابْنَ عَوْفٍ، إِنَّكَ مِنَ اْلأَغْنِيَاءِ، وَإِنَّكَ سَتَدْخُلُ الْجَنَّةَ حَبْوًا، فَأَقْرِضِ اللهَ يُطْلِقْ لَكَ قَدَمَيْكَ

"Wahai Ibnu Auf, sesungguhnya kamu termasuk kaum yang kaya raya, dan kamu akan masuk surga dengan merangkak. Oleh karena itu, pinjamkanlah suatu pinjaman kepada Allah sehingga Allah membebaskan kedua telapak kakimu." (HR. al-Hakim,)

Sejak saat itu, ia memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, sehingga Allah melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Suatu hari ia menjual tanah seharga 40.000 dinar, kemudian membagikan semuanya untuk keluarganya yaitu Bani Zahrah, untuk Ummahatul Mukminin, dan kaum fakir dari kalangan kaum muslimin. Suatu hari ia memberikan untuk pasukan kaum muslimin se-banyak 500 kuda. Pada hari yang lain, ia memberikan sebanyak 1500 unta. Ketika meninggal, ia mewasiatkan sebanyak 50.000 dinar di jalan Allah. Ia mewasiatkan untuk masing-masing orang yang masih hidup dari peserta perang Badar mendapat-kan 400 dinar di jalan Allah. Sampai-sampai Imam Syahid Utsman bin Affan RA mengambil bagiannya dari wasiat tersebut seraya berkata, "Harta Abdurrahman adalah halal dan bersih, dan menikmati harta tersebut menjadi kesembuhan dan keberkahan."

Karena itu dia berkata, "Penduduk Madinah semuanya adalah sekutu Ibnu Auf berkenaan dengan hartanya... karena sepertiganya ia pinjamkan kepada mereka, sepertiganya untuk membayarkan hutang mereka, dan sepertiganya lagi ia sampai-kan dan berikan kepada mereka."

Suatu hari ia dibawakan makanan untuk berbuka, karena ia berpuasa. Ketika kedua matanya melihat makanan itu dan mengundang seleranya, ia menangis seraya berkata, "Mush'ab bin Umair gugur syahid dan ia lebih baik daripada aku, lalu ia dikafani dengan selimut. Jika kepalanya ditutupi, maka kedua kakinya kelihatan dan jika kedua kakinya ditutupi, maka kepalanya kelihatan. Hamzah gugur sebagai syahid dan ia lebih baik daripada aku. Ia tidak mendapatkan kain untuk mengkafaninya selain selimut. Kemudian dunia dibentangkan kepada kami, dan dunia diberikan kepada kami sedemikian rupa. Aku khawatir bila pahala kami telah disegerakan kepada kami di dunia."

Pada suatu hari sebagian sahabatnya berkumpul untuk me-nyantap makanan di kediamannya. Ketika makanan dihidangkan di hadapan mereka, maka ia menangis. Mereka bertanya, "Apa yang membuatmu menangis, wahai Abu Muhammad?" Ia menjawab, "Rasulullah SAW telah meninggal dalam keadaan beliau berikut ahli baitnya belum pernah kenyang makan roti gandum... Aku tidak melihat kita diakhirkan, karena suatu yang lebih baik bagi kita."



Pada tahun 32 H., Ibnu Auf menghembuskan nafas terakhirnya. Ummul mukminin Aisyah RHA ingin memberikan penghar-gaan khusus kepadanya yang tidak pernah diberikannya kepada selainnya. Aisyah menawarkan kepadanya, pada saat Ibnu Auf berbaring di atas ranjang kematiannya, untuk dikuburkan di kamarnya di sisi Rasul SAW, Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin al-Khaththab RA. Tetapi ia seorang muslim yang terdidik dengan sangat baik oleh keislamannya, sehingga ia merasa malu mengangkat dirinya kepada derajat seperti ini. Apalagi ia punya perjanjian yang sangat kuat bersama Utsman bin Mazh'un RA, ketika keduanya mengadakan perjanjian pada suatu hari, bahwa siapa di antara keduanya yang mati belakangan, maka ia diku-burkan di dekat sahabatnya.

Ketika ruhnya siap untuk melakukan perjalanan baru, maka kedua matanya mengalirkan air mata, dan lisannya berucap, "Sesungguhnya aku takut tertahan untuk berjumpa sahabat-sahabatku karena banyaknya harta yang aku miliki."

Tetapi Allah SWT menurunkan ketentramanNya, dan wajahnya berbinar-binar dengan cahaya. Seolah-olah ia mendengar sesuatu yang menyejukkan yang dekat dengannya. Sepertinya ia mendengar suara sabda Rasul SAW di masa lalu, "Abdurrahman bin Auf masuk surga."

Sepertinya ia mendengar janji Allah dalam Kitab SuciNya, "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemu-dian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al-Baqarah: 262).


Wallahu a'lam bishowab
By ahmad muslimin



Ahlussunnah Wal Jamaah



Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.[QS attaubah 100]
Pada hakekatnya, Ahlussunnah wal Jamaah, adalah ajaran Islam yang murni sebagaimana diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah saw. bersama para sahabatnya.
Ketika Rasulullah saw. menerangkan bahwa umatnya akan tergolong menjadi banyak sekali (73) golongan, beliau menegaskan bahwa yang benar dan selamat dari sekian banyak golongan itu hanyalah Ahlussunnah wa Jamaah. Atas pertanyaan para sahabat mengenai definisi as-Sunah wal Jamaah, beliau merumuskan dengan sabdanya:
ما انا عليه اليوم واصحابى
"Apa yang aku berada di atasnya, hari ini, bersama para sahabatku".
Ahlussunnah wal Jamaah adalah golongan pengikut setia pada al-Sunnah wa al-Jamaah, yaitu ajaran Islam yang diajarkan dan diamalkan Oleh Rasulullah saw. bersama para sahabatnya pada zamannya itu.
Ahlussunnah wal Jamaah bukanlah suatu yang baru timbul sebagai reaksi dari timbulnya beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran yang murni seperti Syiah, Khawarij, Mu'tazilah dan sebagainya. As-Sunnah wal Jamaah sudah ada sebelum semuanya itu timbul. Aliran-aliran itulah yang merupakan gangguan terhadap kemurnian as-Sunnah wal Jamaah. Setelah gangguan itu membadai dan berkecamuk, dirasakan perlunya predikat Ahlussunnah wal Jamaah, dipopulerkan oleh kaum muslimin yang tetap setia menegakkan as-Sunnah wal Jamaah, mempertahankannya dari segala macam ganguan yang ditimbulkan oleh aliran-aliran yang mengganggu itu. Mengajak seluruh pemeluk islam untuk kembali kepada as-Sunnah wal Jamaah.
Peranan para Sahabat 
Para sahabat, generasi yang hidup sezaman dengan Rasulullah saw. adalah generasi yang paling menghayati as-Sunnah wal Jamaah. Mereka dapat menerima langsung ajaran agama dari tangan pertama. Kalau ada yang belum jelas, dapat menanyakan langsung pula kepada Rasulullah saw. terutama al-Khulafa ar-Rosyidun:
  • sahabat Abu Bakar as-Shiddiq ra, 
  • sahabat Umar bin Khatab ra, 
  • sahabat Utsman bin Affan ra, 
  • dan Sahabat Ali bin Abi Thalib ra.
Memang para sahabat adalah manusia biasa yang tidak memiliki wewenang Tasyri' (تشر يع = membentuk atau mengadakan hukum). Tetapi di dalam tathabiq (تطبيق = menerapkan prinsip-prinsip pada perumusan sikap dan pendapaat yan kongkret), peranan mereka tidak dapat dikesampingkan karena hanya ada kritik atau koreksi dari seseorang atau kelompok orang manusia biasa pula yang jarak zamannya sedemikian jauh dengan zaman Rasulullah saw. dan kemampuan penghayatannya terhadap as-sunnah wal Jamaah sulit diyakini melebihi kemampuan para sahabat.
Rasulullah saw. bersabda:
عليكم بسنتى وسنة الخلفاء الراشدين المهديين
"Haruslah kamu sekalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para Khulafa ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk." (HR. Ahmad)
 bahwa al-Mahdiyyin (yang mendapat petunjuk) adalah sifat menerangkan kenyataan bukan sifat yang merupakan syarat yang membatasi. Artinya, memang semua Khulafa ar-Rosyidin itu, tanpa diragukan lagi adalah orang-orang yang mendapat petunjuk, bukan orang-orang yang sebagian mendapat petunjuk dan sebagian tidak. المهديين adalah sifat kata الخلفاء bukan sifat kata: سنة . Bahkan, jumhur ulama berpendapat bahwa para sahabat Rasulullah saw. adalah para tokoh yang diyakini kejujurannya didalam masalah penyampaian ajaran agama. Keragu-raguan terhadap kejujuran para sahabat merupakan salah satu bahaya bagi kemantapan saluran ajaran agama, apa alagi terhadap Khulafa ar-Rosyidin al-Mahdiyyin. Keraguan tersebut akan mengacaukan, mengaburkan dan mengeruhkan jalur-jalur yang harus ditelusuri sampai kepada as-Sunnah dan al-Qur'an.
Para sahabat yang mendengar ucapan, melihat perbuatan dan menghayati sikap (taqrir) Rasulullah saw. kemudian ucapan, perbuatan dan sikap Rasulullah saw itu dikumpulkan, dicatat dan dikodifikasikan. Para sahabat pula yang mendengar dan mencatat Rasulullah saw., membaca ayat-ayat al-Qur'an, kemudian dikumpulkan dan disusun menjadi mushaf yang sampai sekarang kita yakini sebagau mushaf al-Qur'an yang otentik.
Selain dalil-dalil qauli (bersifat ucapan) yang memberi kesaksian Rasulullah saw. atas kemampuan penghayatan para sahabat terhadap apa yang diajarkan oleh beliau, terdapat pula dalil-dalil yang sekaligus qauli dan fi'li (bersifat perbuatan tindakan). Beliau merestui beberapa sahabat melakukan ijtihad (mengerahkan daya pikir untuk mendapat kesimpulan pendapat berdasarkan atas pemahaman dan peghayatan terhadap nash al-Qur'an dan al-Hadits). Yang paling terkenal ialah ketika Rasulullah saw. mengutus sahabat Mu'adz bin Jabal ra. ke Yaman. Atas pertanyaan Rasulullah saw., sahabat Mu'adz ra memberi jawaban yang dapat dirumuskan:
  1. Kalau sesuatu masalah ada dalilnya yang jelas didalam al-Qur'an, maka keputusan hukum diambil berdasarkan al-Qur'an
  2. Kalau tidak terdapat dalam al-Qur'an dan terdapat didalam as-Sunnah, maka diambil berdasarkan as-Sunnah
  3. Kalau tidak terdapat dalil yang jelas didalam al-Qur'an dan juga tidak terdapat didalam as-Sunnah, maka keputusan hukum diambil berdasarkan ijtihad (hasil daya pikir).
Pasti dapat diyakinkan oleh setiap pemeluk Islam, bahwa para sahabat bukanlah sekelompok orang yang dibina oleh Rasulullah saw. hanya untuk diri mereka sendiri tanpa berkelanjutan peranannya. Pasti para sahabat adalah generasi pertama kaum muslimin mengemban tugas melanjutkan missi dan perjuangan Rasulullah saw. mengembangkan ajaran agama Islam ke seluruh pelosok dunia kepada segenap umat manusia.
Allah berfirman:
وَمَآ أَرْسَلْنَٟكَ إِلَّا كَآفَّةًۭ لِّلنَّاسِ بَشِيرًۭا وَنَذِيرًۭا وَلَٟكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٢٨﴾
"Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti". (QS. As-Saba: 28)
Pasti para sahabat adalah pembawa cahaya Islam yang diterima dari Rasulullah saw. kepada generasi-generasi sesudahnya.
Rasulullah saw bersabda:
اصحابى كالنجوم بايهم اقتديتم اهدينتم
"Para sahabatku adalag ibarat bintang-bintang. Dengan siapa pun di antara mereka kamu sekalian ikut, maka kamu akan mendapat petunjuk".
Para sahabat, pasti bukan sekedar pembawa rekaman ayat-ayat al-Qur'an dan as-Sunnah saja, tetapi sekaligus adalah juga pembawa pentauladanan, penjelasan dan pendapat mengenai arti ayat al-Qur'an dan al-Hadits itu sesuai dengan penghayatannya.
Generasi sesudah Sahabat
Sesudah generasi sahabat, tugas melanjutkan missi dan perjuangan Rasulullah SAW. diterima oleh generasi baru yang disebut tabi'in (تابعين = para pengikut). Selanjutnya ganti berganti, berkesinambungan generasi demi generasi menerima misi dan perjuangan itu, para tabi'in, para Imam Mujtahidin, para Ulama Shalihin, dari zaman ke zaman.
Kalau pengumpulan dan penyusunan catatan-catatan ayat-ayat al-Qur'an sampai menjadi sebuah mushaf yang otentik sudah terselesaikan pada zaman sahabat, maka pengumpulan Hadits baru dirintis dan dilakukan oleh para tabi'in. selanjutnya seleksi, kategorisasi, sistematisasinya digarap dan dirampungkan oleh generasi-generasi sesudahnya. Segala macam syarat, sarana dan metode untuk menyimpulkan pendapat yang benar dan murni dari al-Qur'an dan al-Hadits diciptakan dan dikembangkan. Mulai dari ilmu-ilmu bahasa Arab, Nahwu, Sharraf, Ma'ani, Badi', dan Bayan sampai kepada ilmu mantiq (logika) dan filsafat, dirangkaikan dengan ilmu tafsir, ilmu Mushthalahul Hadits sampai kepada Ushul Fiqh dan al-Qowa'id al-Fiqhiyah. Semuanya dimaksudkan untuk dapat mencapai kemurnian ajaran as-Sunnah wal Jamaah.
Bukan hanya guna mendapatkan ilmunya untuk diamalkan sendiri, tetapi sekaligus juga segala ilmu yang didapat itu di siarkan, di da'wahkan dan lebih dari untuk diamalkan oleh sebanyak mungkin umat.
Mereka as-Sabiqunal Awwalun ( السابقون الاولون = generasi terdahulu) itu bergerak ke segala penjuru dunia, dengan segala jerih payah, dengan penderitaan dan pengorbanan menyebarkan as-Sunnah wal Jamaah, Kaaffatan linnaas ( كافة للناس = kepada seluruh umat manusia). Tidak terkecuali ke tanah air Indonesia ini. Para Muballighin, atas resiko sendiri tanpa dukungan dari kekuasaan politik dan tanpa dukungan dari kekuatan materil yang berarti membawa as-Sunnah wal Jamaah itu kemari. Dengan tidak mengurangi penghargaan terhadap para Muballighin yang lain, tidaklah dapat dilewatkan menyebut jasa-jasa para wali Muballighin yang dikenal dengan istilah Wali Sanga, kelompok sembilan yang paling berkesan di dalam sejarah islam di Indonesia.
 wallohu a'lam bishowab

WANITA MULIA


                                                                                                                                                       

ALLOH swt berfirman :  “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia[QS.al isro’:23]

Sembilan bulan kita dalam perut ibu,dengan sangat berat dan payah kita selalu di bawa kemana ia pergi,bahkan tidur dengan keadaan yang tidak pernah nyenyak,makan tak pernah enak,dan dengan sekuat tenaga serta perjuangan jiwa raga ia taruhkan nyawanya demi kelahiran kita dengan keadaan sehat dan selamat,mungkin itulah sekelumit perjuangan seorang ibu untuk anak-anaknya,belum lagi ia harus terus terjaga di malam hari saat kita menangis rewel,di susui kita siang dan malam tanpa lelah dan letih,subhanalloh…… betapa mulia pengorbanan seorang ibu.  
sebagaimana dalam hadits di sabdakan:
جاء رجل الى رسول الله صلى الله عليه وسلم , فقال يا رسول الله ! من احق بحسن صحابتي ؟ قال : امك . قال : ثم من ؟ قال : امك . قال : ثم من ؟ قال : امك . قال . ثم من ؟ قال : ابوك    
yang  artinya: Dari Abu Hurairah dia berkata telah datang kepada Rasulullah saw seorang laki-laki lalu bertanya: “Wahai Rasulullah siapakah yg lbh berhak utk saya pergauli dengan baik?” Beliau menjawab “Ibumu” dia berta lagi “Kemudian siapa?” Beliau menjawab “Ibumu” dia berta lagi “Kemudian siapa?” Beliau menjawab “Ibumu” dia bertanya lagi “Kemudian siapa?” Beliau menjawab “Ayahmu”.

Dari isi Hadist terlihat betapa Allah melalui Rasulullah menilai besar pengorbanan orang tua kita terutama Ibu. Mungkin di sinilah yang biasa di katakan bahwa derajat ibu lebih tinggi tiga tingkat di banding ayah Apa yg sudah ibu berikan kepada anak tak dapat dibandingkan dgn apapun di dunia ini. Orang tua terutama ibu harus selalu kita hormati sepanjang hidup kita. Walaupun itu bukan orang tua kita sendiri. Kalau kita menghormati semua orang tua berarti kita menghormati orang tua kita. Begitu juga bila kita memaki orang tua yg bukan orang tua kandung maka berarti kita memaki orang tua kita sendiri. Memuliakan orang tua kita bukan dgn memberi harta yg berlimpah. Tetapi akhlak yg baik dari anak-anak sudah membuat orang tua kita damai dan senang. Harta tak dapat dibandingkan dgn kemuliaan akhlak yg baik. Kita sebagai anak harus memohon berjuang sekuat kepada Allah bila orang tua kita belum mendapat hidayah dari Allah. Dan kita harus selalu menerima segala kekurangan orang tua kita dgn lapang dada. 




Selain itu ibu juga akan menjadi tolak ukur kebaikan dan kejelekan seorang  anak,karena hanya ibu dengan kepandaian,ketulusan dan kesholehannyalah yang akan menjadikan anak-anak menjadi penerus bangsa yang sholeh dan sholihah,sebab pendidikan terbanyak  adalah dari seorang ibu,bayangkan saja,dari rahim berumur empat bulan seorang bayi yang baru di beri nyawa telah bisa mendengarkan apa apa yang  telah ibu katakan,Alloh telah berfirman dalam  alqur’an :
ثمّ سوّه ونفخ فيه من روحه وجعل لكم السمع والبصر والأفئدة قليلا ما تشكرون       
 Yang artinya : “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur” [QS .as sajdah:9]
dan seorang penyair terkenal hafidz ibrohim mengatakan :
 اعددت شعبا طيب الأعراق الأم مدرسة ان اعددتها      
الأم استاذ الأستاذة الألى شفلت ما ثرهم مدى الأفاق                                          
 yang artinya ” ibu adalah ibarat madrasah,jika dia di siapkan dengan baik maka berarti menyiapkan generasi muda yang berkepribadian baik pula ,ibu adalah guru dari guru-guru yang utama yang memberikan bekas sepanjang masa.”
Ibu adalah kekuatan terdasyat dalam kehidupan manusia hingga akhir hayatnya,karena banyak sekali keberhasilan seseorang datang karena ridho dan do’a ibu,begitu juga kegagalan banyak terjadi karena kemurkaan dan kemarahan seorang ibu sebagaimana dalam hadits di sebutkan :
رضى الله فى رضى الوالدين و سخط الله فى سخط الوالدين
 Yang artinyaridho Alloh terletak pada ridho kedua orang tua dan murka Alloh terletak pada murka kedua orang tua”  
Sering sekali kita dengar cetrita malin kundang yang di kutuk ibunya menjadi batu karena kemurkaan  ibunya,begitu juga cerita seorang  yang bernama uwais  alqorni  seorang pemuda bermata biru berambut merah,pundaknya lapang panjang,berpenampilan cukup tampan,kulitnya kemerah-merahan dagunya menempel di dada selalu melihat tempat sujudnya tangan kanan nya menumpang pada tangan kirinya ahli membaca al qur’an pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk menutup badan yang satunya untuk selendangan,tiada orang yang menghiraukannya karena dia juga hanya seorang yang  mengembalakan kambing yang mungkin upahnya tiada mencukupi untuk hidup sehari-hari bersama ibunya yang telah lumpuh,namun dengan kekurangannya tak menyurutkan  pengabdian uwais pada ibu dan pengabdiannya pada tuhannya Alloh azza wajalla,siang ia gunakan untuk puasa dan malam harinya ia gunakan munajat pada Alloh,hinga suatu hari wafatlah uwais seorang penggembala kambing yang sangat miskin itu,namun apa yang tejadi ? ketika jenazah uwais hendak di mandikan tiba-tiba telah banyak orang yang antri hendak memandikannya,dan ketika akan di bawa ke pembaringan ternyata telah banyak yang menunggu untuk mengkafaninya,demikian pula ketika hendak menggali pekuburannya ternyata sudah ada yang yang menggalinya hingga selesai, dan ketika usungan jenazah itu hendak di bawa ke perkuburan,luar biasa banyak orang yang berebut ingin membawanya,dan syeikh Abduloh bin salamah  seorang yang pernah ikut perang bersama uwais alqorni di masa kepemerintahannya sayyidina umar r.a menjelaskan “ ketika aku ikut mengurusi jenazah hingga aku pulang dari mengantarkan jenazah,lalu aku bermaksud kembali ke perkuburannya untuk memberi tanda pada kuburan tersebut,ternyata perkuburan itu sudah tak tak terlihat bekas ada perkuburan.subhanalloh… ternyata uwais al qorni yang di kenal orang-orang hanya seorang penggembala kambing yang fakir,namun dengan ridho ibunya ia menjadi seorang yang namanya telah di kenal di langit meskipun di bumi dia tiada terkenal.
Selain itu,sesungguhnya seorang ibu juga tidak pernah meninggalkan anaknya baik dalam keadaan senang apalagi susah meski anaknya telah tumbuh menjadi manusia dewasa dan mungkin telah berumah tangga, kita tahu kasih sayang ibu sepanjang jalan kasih sayang anak sepanjang penggalan,karna banyak orang yang telah sukses dan menjadi besar menjadikan ibunya sebagai pembantu di rumahnya atau baby sister bagi anak-anaknya,sungguh tidaklah pantas,karena besarnya pengorbanan ibu untuk anak-anaknya .
Rosululloh telah bersabda :
الجنة تحت من اقدام الأمهات
Yang artinya “surga berada di telapak kaki ibu
  jika kita mau berbakti kepadanya niscaya surgalah yang kita dapat,namun jika kita berani durhaka padanya maka neraka akan  menanti kita
Adapun adab-adab anak terhadap orang tua, dengan jelas Alloh berfirman :
وقضى ربك الا تعبدوا الا اياه وبالوالدين احسنا اما يبلغن عندك الكبر احدهما اوكلا هما فلا تقل لهما اف ولا تنهرهما وقل لهما قولا كريما
Yang artinya “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia[QS.al isro’:23]
Perintah Allah untuk berbuat baik kepada orang tua itu bersifat umum, mencakup hal-hal yang disukai oleh anak ataupun hal-hal yang tidak disukai oleh anak. Bahkan sampai-sampai al-Qur’an memberi wasiat kepada para anak agar berbakti kepada kedua orang tuanya meskipun mereka adalah orang-orang yang kafir.

ALLOH swt berfirman “Dan jika keduanya memaksamu untuk  mempersekutukan  dengan  Aku  sesuatu yang  tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauilah keduanya di dunia dengan  baik,  dan  ikutilah jalan   orang   yang  kembali  kepada-Ku,  kemudian  hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 15)



والله أعلم بالصواب