“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
[QS .AL ahzab: 21]
Di zaman
yang serba modern ini,tak banyak orang tua yang benar-benar mendidik anak-anak
dengan penuh kasih saying dan menjauhkan mereka dari hal-hal yang
sia-sia.memulainya dengan pendidikan agama,mengingat bahwa pondasi dasar agama
supaya masuk dalam kehidupan anak sejak dini sehingga setelah dewasa nanti anak
tersebut bisa menjadikan suatu kebiasaan dalam diri mereka.sholat,puasa,mengaji
misalnya,jika kita sebagai orang tua terus menerus tanpa merasa lelah mengingatkan da memberi contoh secara
langsung [praktek], dalam pribahasa arab mengatakan:
لسان الحال افصح من لسان المقال
“ Praktek perbuatan itu lebih menunjukkan dari
pada ucapan “
dan niscaya kelak dewasanya hal itu
akan menjadi suatu kebiasaan tanpa harus menyuruhnya.
Sayangnya,kita
bahkan melakukan sesuatu yang buruk pada anak-anak kita,bahkan kita sendiri
yang menyenangi dan membanggakan adat dan kebiasaan yang buruk tersebut,seperti
halnya tetap menonton TV di waktu-waktu masuk sholat,membiarkan anak-anak kita
berlama-lama bermain dengan alat-alat modern dan canggih seperti internet yang
lagi di gandrungi para remaja,bahkan anak-anak usia dini,karena mungkin banyak
yang beranggapan jika tanpa alat itu akan terlihat ketinggalan zaman.Dan
akhirnya kita sebagai orang tua akan menghibur diri dengan kata-kata “ Nantinya
jika dewasa ia juga akan menjadi anak yang baik,pandai,dan taat agama,tapi
karena keburukanlah yang selalu kita tanamkan sejak kecil maka ketika ia dewasa
yang tertamanlah yang akan menjadi kebiasaannya,karena hanya orang yang menanam
benih padilah yang akan mengetam padi ,dan tidaklah mungkin jika kita menanam
rumput akan tumbuh menjadi batang padi, maka mustahillah kita mengharap anak
kita tumbuh menjadi anak yang baik sedangkan kita selalu mengabaikan
amalan-amalan agama yang benar dan tanpa membiasakan pendidikan agama sejak
dini.
Sebagaimana hadits nabi yang
berbunyi :
Artinya: setiap
anak terlahir dalam keadaan fitrah [suci],kedua orang tuanyalah yang menjadikan
anak tersebut yahudi,nasoro,atau majusi.
Diriwayatkan
menurut jumhur ulama’ “sayyid hasan ra”
adalah cucu Rosululloh SAW yang lahir pada bulan romadhon tahun ke 3 hijriyah,dan
ketika Rosul wafat beliau masih berusia 7 tahun,namun di usia yang begitu belia,beliau telah mampu meriwayatkan beberapa hadits nabi
Muhamad SAW,yang belum mampu di
lakukan anak seusianya. Abul haura’rah ra. Pernah bertanya pada sayyid Hasan
ra,”apakah ada sesuatu yang kau ingat dari Rosul?”jawabnya,ya ada. Suatu ketika
saya berjalan-jalan bersama rosul SAW,dan saya melihat setumpuk kurma dari orang-orang
yang bersedekah,dan saya mengambilnya kemudian memakannya,dan ketika kurma
masih berada di mulut saya,beliau bersabda “kah-kah” sambil mengeluarkan kurma
tadi dari mulut saya dan beliau bersabda
“ kita tidak boleh makan hasil dari sedekah “. Begitu juga cucu
rosululloh sayyid Husain yang berusia 6 tahun ketika nabi wafat,telah mampu
mengingat apa yang pernah di riwayatkan
rosul SAW dan beliau tergolong ahli hadits serta termasuk salah seorang di
antara para imam yang telah meriwayatkan delapan hadits rosul SAW ,beliau
mengatakan “aku pernah mendengar rosul bersabda “ jika umatku mengendarai
perahu ,maka hendaklah ia membaca :
بسم الله مجريها و مرسها ان ربى لغفور رحيم < هود : 41 >
Yang
artinya: “Dengan menyebut nama Alloh pada waktu berlayar dan
berlabuhnya.Sesungguhnya Tuhanku benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [hud :41], maka ia selamat dan tidak
akan tenggelam.”
Apakah
yang dapat di lakukan oleh anak seusia 6 dan 7 tahun ? Pada usia semuda itu
ternyata sayyid Hasan ra dan sayyid Husain ra,telah mapu mengingat sejumlah
hadits sekaligus meriwayatkannya.Ini menunjukkan kemampuan yang sempurna dan
semangat yang luar biasa,tetapi saying kita sekarang justru tidak mengajari
pengetahuan sedikitpun kepada anak-anak kita yang sudah berumur 7 tahun.
Masa
anak-anak adalah masa keemasan dalam mengingat,maka hendaknya kita tidak
menceritakan hal-hal yang bohong dan
penuh kesia-siaan yang akan tertanam dalam otak dan merusak hati mereka,jika cerita yang menakutkan
tentang jin atau berhala diganti dengan cerita-cerita yang menjadikan takut
pada Alloh atas murka dan siksaNya,serta menanamkan akan keagungan dan
kehebatan Alloh SWT,maka hal itu akan lebih bermanfaat bagi mereka di dunia dan
di akhirat. Apalagi jika masa-masa keemasan itu kita latih untuk menghafal
Al-qur’an,karena sekalipun di masa ini bukanlah sesuatu yang mudah,namun
hasilnya adalah tidak pernah lupa dan ragu dalam membaca ayat-ayat musytabihat
dalam Al-qur’an,sebagai mana syair mengatakan “belajar di waktu kecil bagai
mengukir di atas batu,belajar di waktu tua bagai mengukir di atas air”.
WALLOHU A’LAM BISSHOWAB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar